Senin, 09 Mei 2011

Apa yang dimaksud Andragogi?

Andragogi, pada mulanya diartikan sebagai : seni dan ilmu yang bertugas untuk membantu dewasa belajar. Istilah tersebut dewasa ini mendefinisikan suatu alternatif terhadap pedagogi dan mengacu kepada pendidikan yang berfokuskan pada siswa untuk semua umur.
Model andragogi menegaskan bahwa lima permasalahan yang harus diperhatikan dan dibahas dalam pembelajaran formal. Mereka adalah : 1). Dibiarkan siswa mengenal sesuatu kenapa sesuatu itu penting untuk dipelajari, 2). Peragakan pada siswa bagaimana untuk mengarahkan diri mereka sendiri melalui informasi, dan 3). Hubungakan topik tersebut dengan pengalaman siswa itu sendiri. 4). Orang tidak akan belajar apa-apa kecuali jika mereka siap dan termotivasi untuk belajar. 5). Dan sesuatu yang sering, perlu membantu mereka jika ditemui kendala seperti sikap dan kepercayaan tentang pembelajaran.
Sayangnya, andragogi disebut dalam teks pendidikan sebagai cara dewasa belajar. Knowels sendiri mengaku bahwa 4 dari kunci asumsi andragogi terterapkan secara seimbang baik itu untuk anak-anak atau dewasa. Perbedaan yang mendasar yaitu anak-anak memiliki pengalaman yang lebih sedikit dari pada orang dewasa
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu: (1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya; (2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya; (3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada di bawah tekanan (4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir. Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah: (1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa; (2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa.
Rogers mengemukakan adanya tiga unsur yang penting dalam belajar berpengalaman (experimental learning), yaitu:
a. Peserta belajar hendaknya dihadapkan pada masalah nyata yang ingin ditemukan pemecahannya.
b. Apabila kesadaran akan masalah telah terbentuk, maka terbentuk pulalah sikap terhadap masalah tersebut.
c. Adanya sumber belajar, baik berupa manusia maupun berbentuk bahan tertulis atau tercetak.



Senin, 02 Mei 2011

Strategi apa yang harus dimiliki seorang guru untuk mengajar?

Seorang guru/instruktur/dosen harus memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi yang diajarkannya, bila tidak… maka yang terjadi adalah siswa/mahasiswa akan kurang faham, tidak menyukai mata pelajaran tersebut atau bahkan anda sendiri sebagai pengajar tidak disukai. Tidak pelit nilai mungkin hal yang bijak sebagai seorang pengajar dan tentunya anda akan menjadi pengajar favorit dikelas, tetapi hal ini tidak mendidik dan merugikan siswa yang anda didik. Berikut ini ada beberapa tips yang biasa saya lakukan bila menyampaikan materi dikelas :
Sebelum Menyampaikan Materi :
  1. Pelajarilah kembali materi yang akan disampaikan dan buatlah rangkuman atau point-point penting pada materi tersebut, karena mungkin anda banyak mengajar mata pelajaran lainnya maka terkadang sudah agak lupa dengan materi ini sehingga perlu dipelajari lagi agar lebih siap.
  2. Buatlah diktat atau rangkuman yang dapat di fotocopy atau disalin oleh siswa, sehingga kita tidak perlu merujuk banyak buku kepada siswa. Hal ini juga memudahkan siswa sehingga ia tidak perlu banyak membeli buku. Apabila mata pelajarannya eksak/hitungan, buatlah rangkuman rumus kepada siswa.
  3. Siapkan soal-soal latihan sebanyak-banyaknya dan dibagi menjadi kategori ringan, sedang, dan susah. Rangkum semua soal tersebut dalam satu buku atau file dan buat memo disetiap soal tersebut… memo ini dibuat agar anda tahu kapan anda pernah memberikannya kepada siswa dan pada kelas berapa, sehingga soal yang sudah diberikan tidak disampaikan lagi pada pertemuan berikutnya.
  4. Milikilah absen siswa anda, dan buatlah tabel nilai dan presentase kemajuan siswa. Hal ini berguna agar anda dapat mengetahui apakah materi anda telah diserap dengan baik oleh siswa dan siswa mana yang perlu anda bimbing lebih ekstra agar nilainya tidak jatuh.
Saat di Kelas :
  1. Buatlah suasana yang menarik dan tidak membosankan, untuk itu anda harus banyak latihan agar cara berbicara, sikap, dan metode ajar anda dapat diterima dengan baik oleh siswa. Menjadi guru yang garang dan terlalu disiplin terkadang akan membentuk siswa yang keras juga, untuk itu buatlah siswa takut karena hormat kepada anda dan bukan takut karena hukuman anda. Pernah ada siswa yang sangat nakal, namun ia justru malu dan takut dengan salah satu guru yang sangat dihormatinya. Berikan perhatian anda dengan penuh kasih sayang, bukan mencari kesalahan mereka..
  2. Buatlah quiz di awal dan akhir penyampaian materi, bila waktu tidak memungkinkan lakukan hanya di akhir materi bukan diawalnya… hal ini dapat menjadi indikator apakah materi yang telah disampaikan sudah diterima dengan baik oleh siswa. Saya banyak mengalami quiz dilakukan hanya di awal materi, hal ini hanya membuang waktu dan tidak efisien karena secara logika tentunya siswa belum mengetahui materi yang akan disampaikan. Kalo soal quiznya materi hari kemaren itu namanya ulangan… jadi perlu bedakan antara quiz dengan ulangan yach…
  3. Sampaikan materi dengan menyampaikan point-point pentingnya saja, jangan terlalu banyak bertele-tele atau terlalu banyak bercerita yang bukan dalam ruang lingkup materi anda. Untuk materi eksak, perbanyaklah contoh soal… sampaikan perlahan dan buat agar siswa juga sama2 ikut berfikir.
  4. Lakukan sistem ajar yang lebih interaktif berupa tanya jawab, pancinglah siswa agar banyak bertanya. Selain itu ada juga perlunya anda bersenda gurau disela-sela penyampaian materi agar tidak terlalu tegang.
  5. Pekerjaan Rumah (PR) dapat anda berikan setiap akhir penyampaian materi, namun bila ternyata itu tidak efektif misalnya banyak yang tidak mengerjakan atau ternyata banyak yang saling mencontek pekerjaan teman2nya sebaiknya metode PR nya anda ubah misal dengan beda soal tiap siswa atau cara lainnya.
  6. Anda perlu melakukan evaluasi terhadap cara anda mengajar, ini bisa dilakukan dengan memberikan questioner pada siswa terhadap cara mengajar anda.
  7. Anda juga dapat melakukan quiz interaktif, yaitu dengan membaca soal satu persatu dan mahasiswa langsung menjawab.. anda berikan waktu yang terbatas untuk menjawab soal tersebut. Misal bacakan soal no. 1 kemudian langsung dijawab oleh siswa, setelah itu bacakan soal no.2 kemudian siswa menjawab, demikian seterusnya… metode ini membuat siswa berfikir cepat dan tidak dapat mencontek.
Beberapa strategi mengajar yang baik untuk mengawali pengajaran adalah (Emmer, Evertson, & Worsham, 2003):
1.       Menciptakan ekspektasi untuk prilaku dan membuang ketidakpastian.
2.       Pastikan murid bahwa murid akan mengalami kesuksesan.
3.       Selalu siap dan hadir.
4.       Bersikap tegas.

Santrock, J.W. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. 2008.Jakarta:Prenada Media

Jumat, 22 April 2011

Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah

Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan adalah bidang yang sangat luas sehingga dibutuhkan satu buah buku tersendiri untuk menjelaskannya (J.W. Santrock, 2008).
 Psikologi pendidikan adalah Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.

Perbedaan Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah
Psikologi Pendidikan
Psikologi  Sekolah
-          Cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan daripada cara memahami pengajaran dalam pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.
-          Lebih focus pada proses belajar atau pada pendidik.
-          Mempelajari cara mengajar yang efektif bagi guru.
-          Cabang ilmu psikologi yang menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi
-          Lebih focus pada cara belajar peserta didik

-          Bertujuan untuk membentuk mind set anak/peserta didik.



Peranan Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah
Psikologi Pendidikan
Psikologi Sekolah
  1. Psikologi kognitif yang menekankan peranan proses mental dalam memahami perilaku manusia, termasuk pengkajian mengenai berpikir, belajar, mengingat, dan pemecahan masalah.
  2. Psikologi Perkembangan yang mengkaji pertumbuhan dan perkembangan manusia, khusunya dalam dimensi-dimensi kognitif, emosional, dan fisik
  3. Psikologi sosial yang mengkaji bagaimana interaksi sosial dapat mempengaruhi perilaku manusia
  4. Pengukuran dan Penilaian dalam pendiidkan yang menyangkut penerapan teori-teori pengukuran dalam penelian berbagai variable, seperti prestasi belajar dalam kaitanya dengan pendidikan
  5. Teori-teori kepribadian yang mengiedentifikasi pola-pola dan penyebab dari ciri-ciri khas perilaku,sikap, dan respon-respon emosional,
  6. Pengkajian perbedaan individual yang menjelaskan ciri-ciri khas yang membedakan seorang manusia dari manusia yang lainya.

1.Pelaksanaan tes
2.Melakukan wawancara dengan siswa, guru,orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa
3.Observasi siswa di kelas, tempat bermain,serta dalam kegiatan sekolah lainnya.
4.Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.




                                                                
Santrock,J.W.2008. Psikologi Pendidikan,Edisi Kedua. Jakarta:Prenada Media Group

Perlunya Bimbingan atau Konseling

APAKAH PERLU ADANYA BIMBINGAN ATAU KONSELING UNTUK PENDIDIKAN DI SEKOLAH?
Menurut pendapat Crow dan Crow:
“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki kepribadian yang baik dan pendidikan yang memadai kepada  seseorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri, memikul beban sendiri.”[1]

Ada orang yang membutuhkan bimbingan sepanjang hidupnya, tetapi ada pula yang hanya membutuhkan pada masa remaja atau pada saat menghadapi masa-masa krisis. Kapan bimbingan dibutuhkan? Bimbingan dibutuhkan pada saat kebutuhan untuk menentukan pilihan harus dilaksanakan. Bimbingan juga membantu seseorang agar dapat bekerja sama dengan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Namun demikian,tidak berarti bimbingan hanya diberikan pada masa krisis, tetapi pelayanan desediakan bagi setiap anak normal yang mengalami masalah perkembangan normal.
Beberapa kepala sekolah menganggap tidak perlu ada petugas khusus bagi bimbingan. Sikap demikian, terjadi disebabkan oleh anggapan bahwa adanya biro pelayanan bimbingan siswa menyebabkan guru merasa semua tugas bimbingan akan dan harus dilaksanakan oleh konselor dan guru tidak perlu mendapat tanggungjawab dalam masalah bimbingan. Anggapan ini mungkin timbul sebab kepala sekolah tidak memahami sepenuhnya tugas dari pelayanan bimbingan. Bimbingan adalah tugas seluruh staf, sedangkan konselor lebih diarahkan kepada melakukan koordinasi kegiatan bimbingan di sekolah dan menambah kegiatan ini dengan kegiatan khusus lain.
Adapun kompetensi yang perlu dimiliki oleh konselor menurut Ysseldyke adalah:
1.       Managemen  Kelas
2.       Komunikasi dan Konsultasi Antar Pribadi
3.       Keterampilan Dasar Akademik dan Kehidupan
4.       Keterampilan Afektif/Sosial
5.       Keterlibatan Orangtua
6.       Struktur dan Organisasi Kelas
7.       Pengembangan dan Perencanaan Sistem
8.       Pengembangan Keterampilan Staf
9.       Perbedaan Individual dalam Perkembangan dan Belajar
10.   Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
11.   Pengajaran
12.   Isu Etika dan Hukum
13.   Pengukuran dan Evaluasi
14.   Perhatian Mengenai Budaya yang Berbeda-Beda
15.   Penelitian


Sukadji,Soetarlinah.2000.Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah.Depok:L.P.S.P3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Kamis, 14 April 2011

Pendidikan Inklusi ( Permanen vs Temporer)

Seorang anak yang mempunyai keterbatasan/ketidakmampuan untuk menempuh pendidikan sekarang sudah bisa mengikuti pendidikan dengan adanya pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin mengakomodasi semua anak termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus atau anak luar biasa di sekolah atau lembaga pendidikan (diutamakan yang terdekat dengan tempat tinggal anak) bersama dengan teman-teman sebayanya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak.(Tim Pendidikan Inklusi Jawa Barat, 2003:4). Dengan kata lain pendidikan inklusi adalah:
1)Pendidikan yang mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, emosional, sosial maupun kondisi lainnya.
2)Pendidikan yang memungkinkan semua anak belajar bersama-sama tanpa memandang perbedaan yang ada pada mereka.
3)Pendidikan yang berupaya memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan kemampuannya.
4)Pendidikan yang dilaksanakan tidak hanya di sekolah formal, tetapi juga di lembaga pendidikan dan tempat lainnya.
Model pendidikan inklusi ada dua yaitu, permanen (bagi anak dengan tuna rungu, tuna wicara,dsb) dan temporer (bagi anak dengan etnis tertentu seperti, anak korban bencana, korban pemerkosaan, kemiskinan, dsb). Mana yang lebih bagus menurut Anda, apakah anak yang bersekolah di sekolah inklusi dengan model permanen digabung dengan model temporer dibandingkan dengan tetap memisahkan antara model permanen dan temporer?

Menurut saya ABK dengan mengunakan model permanen sebaiknya digabung dengan ABK yang menggunakan model temporer, karena dengan begitu si anak yang menggunakan model permanen bisa bersosialisasi dengan anak yang menggunakan model temporer yang pada dasarnya anak dengan model ini memiliki fisik yang normal hanya saja mereka kurang beruntung untuk mendapatkan akibat sesuatu hal yang terjadi. Jadi dengan mereka bersosialisasi bisa saling menguntungkan untuk masing-masing anak yang menggunakan kedua model. Keuntungan anak dengan model permanen: memunculkan sifat optmis pada anak agar bisa menjadi lebih baik dari yang dialaminya sekarang. Keuntungan anak dengan model temporer: anak lebih bisa menghargai hidup karena melihat temannya yang memiliki fifik yang tidak normal dan memunculkan sifat yang lebih dewasa serta sabar.
Tetapi sesuai dengan Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya adalah sebagai berikut :

1. Tuna Netra
2. Tuna Rungu
3. Tuna Grahita: (a.l. Down Syndrome)
4. Tuna Grahita Ringan (IQ = 50-70)
5. Tuna Grahita Sedang (IQ = 25-50)
6. Tuna Grahita Berat (IQ < 25)
7. Tuna Daksa
8. Tuna Laras (Dysruptive)
9. Tuna Wicara
10. Tuna Ganda
11. HIV AIDS
12. Gifted : Potensi kecerdasan istimewa (IQ > 125 ) J. Talented : Potensi bakat istimewa (Multiple Intelligences : Language, Logico mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual).
13. Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik)
14. Lambat Belajar ( IQ = 70 –90 )
15. Autis
16. Korban Penyalahgunaan Narkoba
17. Indigo



Pentingnya PAUD


Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Di Indonesia pelaksanaan PAUD masih terkesan ekslusif dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat. Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini usia (0-6 tahun) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama, namun hingga tahun 2000 menunjukkan anak usia 0-6 tahun yang memperoleh layanan perawatan dan pendidikan masih rendah. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa dari sekitar 26,2 juta anak usia 0-6 tahun yang telah memperoleh layanan pendidikan dini melalui berbagai program baru sekitar 4,5 juta anak (17%). Kontribusi tertinggi melalui Bina Keluarga Balita (9,5%), Taman Kanak-kanak (6,1%), Raudhatul Atfal (1,5%). Sedangkan melalui penitipan anak dan kelompok bermain kontribusinya masing-masing sangat kecil yaitu sekitar 1% dan 0,24%.
Ada empat pertimbangan pokok pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu: (1) menyiapkan tenaga manusia yang berkualitas, (2) mendorong percepatan perputaran ekonomi dan rendahnya biaya sosial karena tingginya produktivitas kerja dan daya tahan, (3) meningkatkan pemerataan dalam kehidupan masyarakat, (4) menolong para orang tua dan anak-anak.Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini.
Oleh karena itu, diharapkan orangtua lebih memperhatikan pendidikan anak pada usia dini sehingga  pada akhirnya mau atau tidak orangtua dituntut untuk siap menjadi orang tua yang harus dapat mempersiapkan anak-anak kita agar dapat menjalankan kehidupan masa depan mereka dengan baik


Rabu, 06 April 2011

Fenomena Pendidikan di Indonesia


Munculnya problema sosial, politik, budaya dan ekonomi di bangsa ini, seperti produktifitas penduduk terdidik yang merosot, persentase penduduk miskin yang meninggi, pengangguran yang semakin membesar, situasi negara yang mengalami ketergantungan dengan negara maju serta kultur budaya masyarakat bangsa yang kian tercerabut dari akar budayanya akan selalu dikaitkan dengan bagaimana pendidikan mampu menyelesaikan ini dan selalu akan memvonis dunia pendidikan itu sendiri. Karena cerminan kemajuan dan kebobrokan masyarakat disuatu negara pasti akan dilihat dari kualitas pendidikannya. Melihat dari semakin terdegradasinya moral dan etika serta carut marutnya sistem sosial masyarakat saat ini maka masyarakat pasti akan menghakimi ketidak-berdayaan lembaga pendidikan dalam menghasilkan out put pendidikan yang itu ternyata tidak mampu menyelesaikannya.
Diatas adalah sedikit ulasan dari jurnal yang kami dapat dan kami diskusikan.Jadi, menurut kami bahwa kemerosotan akan moral  dan akhlak merupakan bagian dari problematika pendidikan dalam keluarga,karena tentunya kita tahu bahwa pendidikan yang paling awal didapatkan seorang anak didapat dari keluarga. Jadi keluarga itu sangat berpengaruh pada psikologi dan perkembangan anak. Banyak kasus dimana seorang anak diminta orangtuanya untuk masuk ke sekolah yang diinginkan mereka padahal si anak justru kebalikannya. Dan alhasil si anak akan berprilaku yang tidak sesuai dari yang diharapkan orangtua. Misalnya : bolos sekolah,tidak mengerjakan tugas,melawan guru.Kasus ini tentunya berkaitan dengan Pendidikan Bimbingan Sekolah.Dimana pihak sekolah biasanya tidak dapat merubah perilaku tersebut,dan bahkan ada yang memilih untuk men-DO anak itu.Apakah hal ini sesuatu yang diinginkan dari banyak orang dalam dunia pendidikan? Tentu tidak. Justru hal tersebut sangat tidak diingankan oleh kita.Hal tersebut juga berkaitan dengan Psikologi Pendidikan.Dalam menciptakan dunia pendidikan yang lebih layak di Indonesia,Psikologi Pendidikan berusaha mengulas dan menemukan solusi dari kejadian-kejadian diatas.Dan perlu diingat,dalam menciptakan Dunia Pendidikan yang baik dan sesuai tentu tidak hanya berfokus pada lembaga pendidikan saja.Kita semua juga harus turut serta .


Selasa, 05 April 2011

INTELIGENSI


Inteligensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari.

Multiple Intelligences
Menurut Strenberg (2000;Sternberg, Torff & Grigorenko,1998) mengatakan bahwa murid dengan pola triarkis yang berbeda akan “tampak berbeda” di sekolah. Murid dengan kemampuan analitis yang tinggi cenderung lebih disukai dalam sekolah umum (konvensional). Mereka sering kali mudah menyerap pelajaran dimana guru memberi pelajaran dan murid diberi ujian. Mereka biasanya dianggap murid “pintar” yang mendapat ranking bagus, nilainya selau bagus, nilai baik dalam tes inteligensi dan SAT, dan mudah masuk ke universitas.
Murid yang punya inteligensi kreatif tinggi biasanya bukan ranking atas dalam kelas. Strenberg mengatakan bahwa murid yang kreatif mungkin tidak dapat menyelesaikan tugas pelajaran sesuai dengan harapan guru. Mereka tidak memberi jawaban yang lazim atau tepat, tetapi jawaban yang unik atau aneh, sehingga sering dimarahi atau disalahkan. Guru yang baik tidak akan menghambat kreatifitas murid, tetapi Sternberg percaya bahwa sering kali keinginan guru untuk meningkatkan pengetahuan murid justru menekan pemikiran kreatifitasnya.
Sternberg percaya bahwa hanya sedikit tugas yang murni analitis, kreatif atau praktis. Umumnya tugas membutuhkan kombinasi keahlian-keahlian itu. Misalnya, saat murid menulis ringkasan buku, mungkin seorang murid:
-  Menganalisis tema buku
·         - Menemukan ide baru tentang bagaimana buku itu bisa ditulis dengan lebih baik,
·        -  Memikirkan tentang bagaimana tema buku itu dapat diaplikasikan untuk kehidupan orang.
Delapan Kerangka Pikiran Gardner
Howard Gardner (1983,1993,2002) percaya bahwa ada banyak tipe inteligensi spesifik atau kerangka pikiran.
·         Keahlian verbal
*      Bacakan si anak dan biarkan si anak membaca untuk Anda
*      Mendiskusikan penulis buku dengan anak
*      Suruh anak mencatat jurnal acara penting
*      Suruh anak meringkas dan menceritakan ulang cerita yang mereka baca
·         Keahlian matematika
*      Mainkan permainan logika bersama anak-anak
*      Cipatakan suasana yang dapat member inspirasi anak untuk berfikir tentang dan mengembangkan pemahaman angka
*      Ajak anak-anak melakukan perjalanan ke lab computer, museum iptek, dan pamrean elektronik
*      Lakukan kegiatan matematika bersama anak, seperti menghitung objek dan bereksperimen angka.
·         Keahlian spasial
*      Buatlah berbagai macam materi kreatif untuk dipakai anak-anak
*      Buat teka-teki bentuk sederhana untuk dipecahkan dan suruh anak membuat diagram
*      Ajak anak kke museum seni
·         Keahlian tubuh-kinestetik
*      Beri anak-anak kesempatan untuk beraktifitas fisik dan ajak mereka berpartisipasi
*      Sediakan anak tempat untuk bermain
*      Ajak anak melihat pertandingan olahraga
·         Keahlian  music
*      Beri anak tape recorder
*      Beri kesempatan anak untuk memainkan alat music
*      Ajak anak menonton konse music
·         Keahlian intrapersonal
*      Dorong anak untuk punya hobi dan minat
*      Dengarkan perasaan anak dan beri tanggapan
*      Dorong mereka untuk menggunakan imajinasi mereka
·         Keahlian interpersonal
*      Dorong anak untuk bekerja kelompok
*      Bantu anak untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi
·         Keahlian naturalis
*      Ajak anak ke museum ilmu alam
*      Buat pusat belajar alam di kelas
*      Ajak anak untuk mengumpulkan flora dan fauna serta menggolongkannya