Senin, 22 Oktober 2012

RESUME JURNAL


PENGEMBANGAN MODEL MEMORIZATION LEARNING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA PELAJARAN KIMIA SMA

oleh Marintan Nirmalasari

LATAR BELAKANG

 Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan dalam pembelajaran kimia di SMA yang saat ini masih lebih dominan menggunakan otak kiri dan mengabaikan kinerja otak kanan. Kinerja antara otak kanan dan otak kiri yang tidak seimbang mengakibatkan peserta didik menjadi sulit untuk memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Kekereatifan dan keprofesionalan guru dalam mengajar sangat dibutuhkan terlebih lagi dalam pelajaran sains dan salah satunya kimia, karena pelajaran kimia memiliki karakteristik yang bersifat abstrak dan membuat peserta didik seringkali merasa kesulitan memahami konsep pelajaran kimia. Keabstrakan pelajaran kimia antaralain seperti logam besi adalah konsep konkrit sedangkan Fe+3 merupakan konsep abstrak, gaya-gaya kimia terkait dengan konsep jari-jari atom sedangkan jari-jari atom tidak dapat diukur secara langsung. Konsep jari-jari atom harus diperlakukan secara hati-hati karena atom dapat berbeda dalam situasi yang berbeda, apakah berikatan secara ionik, kovalen atau Van Der Waals. Konsep-konsep ini sering tidak menambah kejelasan pemahaman, tetapi justru seringkali menambah kebingungan peserta didik. Selain itu, konsep ikatan kimia, elektron, energi ikat, oksidasi-reduksi, hidrolisis, hidorkarbon merupakan sebagian dari pelajaran kimia yang bersifat abstrak yang sulit dimengerti dan dipahami oleh peserta didik.
Ada beberapa hal penyebab rendahnya kualitas peserta didik dalam pelajaran kimia yaitu metode mengajar guru yang kurang baik yang mempengaruhi belajar peserta didik yang tidak baik pula dan guru biasanya mengajar dengan metode ceramah saja, sehingga peserta didik menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja (Slameto, 2003:65). Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Gunawan (2003:154) yang mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada pelajaran yang membosankan, yang benar adalah guru yang membosankan karena tidak mengerti cara menyajikan materi dengan benar, baik, menyenangkan, dan menarik minat serta perhatian peserta didik. Pandangan guru yang demikian merupakan pandangan kuno yang beranggapan bahwa tugasnya hanyalah menyampaikan materi dan peserta didik ibarat sebuah wadah kosong yang dapat diisi dengan apa saja yang guru inginkan.
Dengan menggunakan model Memorization Learning dapat meningkatkan penyeimbangan kinerja otak kanan dan otak kiri, sehingga belajar menjadi lebih menyenangkan dan peserta didik menjadi lebih mandiri dalam belajar serta dapat mengembangkan kreatifitasnya pada saat belajar, sehingga peserta didik menjadi lebih mudah memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

LANDASAN TEORI

Model memorization learning merupakan salah satu dari model pemrosesan informasi. Landasan filosofis dalam memorization learning adalah berdasarkan filsafat konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan salah satu dari dua pandangan atau keyakinan yang mengatur sifat bagaimana pengetahuan manusia dikembangkan. Konstruktivisme dalam pendidikan mengartikan bahwa guru merangkul cara berpikir holistik tentang hakikat belajar, sesuatu yang sangat terpisah dari metodologi instruksi langsung. Jadi, konstruktivisme diasumsikan bahwa belajar terjadi di saat pengalaman dan pengalaman merupakan bagian yang harus dipelajari hanya dalam konteks pengalaman keseluruhan.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis memory untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam menyeimbangkan antara otak kiri dan otak kanan. Dalam penelitian ini menggunakan metode “Research and Development”. Pengertian penelitian dan pengembangan menurut Sukmadinata (2009:164), adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan Sugiyono (2009:297), menyatakan bahwa Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas dan uji coba luas yang dilakukan di SMA Negeri Kabuaten Kota Medan dalam upaya mengembangkan model memorization learning untuk meningkatkan pemahaman peserta didik pada pembelajaran kimia kelas XI SMA, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kondisi pembelajaran kimia sebelum pengembangan model
Dari hasil studi pendahuluan diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah lebih berpusat pada guru, sehingga peserta didik lebih cepat bosan pada saat proses pembelajaran terjadi, karena hal tersebut tidak sesuai dengan gaya belajar yang diharapkan oleh peserta didik dan belajar menjadi tidak menyenangkan. Guru juga melakukan pembelajaran lebih dominan memperhatikan kinerja otak kiri peserta didik saja, sehingga kreatifitas peserta didik dalam belajar tidak berkembang.

2. Kondisi pembelajaran setelah pengembangan model
Pemahaman peserta didik dalam menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru meningkat setelah menggunakan model memorization learning, karena peserta didik sudah dapat menyeimbangkan kinerja antara otak kiri dan otak kanan. Dalam pengembangan model memorization learning yang menjadi faktor penghambatnya adalah guru memberikan pembelajaran kepada peserta didik lebih dominan menggunakan otak kiri. Oleh karena itu, pada awalnya guru merasa kesulitan dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk mengikuti langkah-langkah model memorization learning. Peserta didik awalnya juga kesulitan dalam mengikuti langkah-langkah pembelajaran dan merasa kebingungan, karena sebahagian peserta didik merasa aneh dan konyol dengan pembelajaran yang dilaksanakan.

PEMBAHASAN BERDASARKAN TEORI “PERSPEKTIF KOGNITIF:
I. PEMROSESAN INFORMASI”

Menurut teori perspektif kognitif terdapat proses memilih dan mengenali sinyal-sinyal fisik yang dapat merangsang indera yang disebut dengan persepsi. Sistem indera mendeteksi sinyal sebagai energi fisik, yang dikirim ke satu area di dalam thalamus dan kemudian ke area yang tepat di dalam korteks untuk pemrosesan lebih lanjut. Setelah pengenalan awal, informasi akan tersedia selama dua detik. Sinyal yang datang dan tidak diperhatikan pada saat itu akan hilang.
Jadi menurut teori tersebut, kurangnya pemahaman seseorang terhadap sesuatu dapat terjadi karena sistem indera yang mendeteksi datangnya sinyal (berupa gambar, suara, dll) tidak diperhatikan sehingga sinyal tersebut akan hilang.
Peran perhatian juga merupakan hal penting untuk kita memahami sesuatu. Pemrosesan yang datang membutuhkan perhatian selektif terhadap kejadian, objek, symbol, dan stimuli tertentu lainnya agar informasi itu dapat dipelajari. Satu solusi untuk masalah kapasitas perhatian yang terbatas ini adalah melatih tugas penting tertentu sampai menjadi otomatis. Kemudian tugas itu dapat dilakukan dengan sedikit atau tanpa perhatian.
Jadi, selain dengan memberikan model memorization learning kepada siswa untuk memahami pelajaran kimia yaitu dengan memberikan perhatian yang lebih kepada pelajaran kimia tersebut untuk melatih pemahaman sampai menjadi otomatis.

Link jurnal klik di sini

Jumat, 19 Oktober 2012

TUGAS MID SEMESTER


NAMA ANGGOTA
Rencana Simulasi Belajar

Berdasarkan teori Skinner terdapat dua jenis penguatan yang diberikan yaitu reinforcement dan punishment. Reinforcement adalah penguatan yang diberikan untuk mempertahankan perilaku individu, sedangkan punisment adalah hukuman yang diberikan untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Dimana dalam reinforcement terdapat dua jenis yaitu reinforcement positif dan reinforcement negatif.
Berdasarkan teori tersebut, maka kami akan membuat suatu simulasi mengenai reinforcement yang akan diterapkan di kelas Psikologi Belajar.

Alat dan Bahan:
-          Laptop
-          Video lucu
-          Reward
Caranya
Akan diberikan kepada mahasiswa mata kuliah Psikologi Belajar berupa stimulus video selama 5 menit dan diakhir penayangan kami akan memberikan 5 pertanyaan kepada mahasiswa mengenai video tersebut. Kemudian kami akan memberikan hadiah kepada mahasiswa yang mampu menjawab pertanyaan.

Pembahasan
Dari rencana tersebut dapat dijelaskan bahwa reinforcement positif sangat efektif untuk diberikan kepada individu agar memunculkan perilaku yang diinginkan, dari rencana tersebut perilaku yang diinginkan adalah menjawab pertanyaan dan reinforcement positifnya ialah hadiah yang akan diberikan kepada mahasiswa.



Rabu, 10 Oktober 2012

TIGA STIMULUS YANG DIBERIKAN DIBAHAS DENGAN MENGGUNAKAN TEORI SKINNER




Hasil produk dari beberapa stimulus yang diberikan

Pada hari Rabu tanggal 10 Oktober 2012, kami diberikan tugas oleh Bu Dina untuk membuat sesuatu dari tiga stimulus yang duberikan. Stimulus pertama adalah kartu sertifikat, stimulus kedua adalah  kertas kecil panjang dan stimulus ketiga adalah satu lembar kertas HVD. Kemudian BU Dina mengatakan bahwa akan dipilih tiga orang terbaik yang akan diberikan hadiah dalam pembuatan karya tersebut. Dari ketiga stimulus yang diberikan, yang pertama saya lakukan adalah menulis konsep penguatan Skinner pada kertas HVS, kemudian saya membuat pesawat dari kertas sertfikat dengan membuat kertas kecil panjang untuk dijadikan alas pesawat.
Pembahasan berdasarkan teori Skinner.
Ketika kita ingin memperkuat perilaku yang ingin dimunculkan maka akan diberikan Reinforcement. Dimana reinforcement yaitu penguatan yang diberikan kepada individu agar perilaku tersebut tetap muncul, dalam hal ini reinforcement yang diberikan Bu Dina berupa hadiah. Sehingga semua mahasiswa berlomba untuk membuat karya yang terbaik agar mendapatkan hadiah.
Selain itu, dalam teori Skinner untuk membentuk perilaku manusia melibatkan beberapa unsure, diantaranya:
a.       Memicu respon, ketika Bu Dina memberikan beberapa stimulus, maka individu diharapkan untuk memberikan respon yaitu membuat suatu karya yang dapat dinilai.
b.      Menguatkan peningkatan atau perbaikan yang halus dalam perilaku, ketika hasil karya yang dibuat direspon oleh orang lain, maka kita akan menyadari bahwa hasil karya kita tersebut sudah baik atau tidak, sehingga dapat diperbaiki kekurangannya.

Sabtu, 06 Oktober 2012

ANALISIS PENGALAMAN PRIBADI MENGGUNAKAN TEORI PENGKONDISIAN BERPENGUAT SKINNER


ANALISIS PENGALAMAN PRIBADI MENGGUNAKAN TEORI PENGKONDISIAN BERPENGUAT SKINNER
1.      Pengalaman 1
Pada waktu SMA kelas 2, saya pernah sakit demam. Hai tersebut terjadi pada tengah malam sekitar jam 2 malam. Karena orangtua kebingungan dengan keadaan saya, maka hal yang mereka lakukan adalah memanggil bidan yang kebetulan rumahnya berada sekita 5 rumah dari rumah saya. Kemudian bidan itu datang untuk memeriksa saya dan memberikan obat serta suntikan agar sembuh.

Pembahasan
Berdasarkan teori pengkondisian berpenguat Skinner terdapat dua macam pengkondisian, yaitu reinforcement dan punishment. Reinforcement adalah penguatan yang diberikan untuk mempertahan perilaku yang muncul. Punishment adalah hukuman yang diberikan untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Reinforcement dibagi menjadi dua jenis, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative. Contoh reinforcement positif adalah ketika saya mendapatkan juara kelas maka orangtua akan memberikan hadiah. Contoh reinforcement negative adalah agar terhindar dari tilang polisi maka harus menggunakan helm.
Dari contoh pengalaman di atas dapat dikatakan bahwa hal tersebut merupakan reinforcement negative. Dimana ketika saya sakit dan ingin sembuh maka hal yang dilakukan adalam minum obat. Maka sehat itu adalah sesuatu yang ingin tetap terjadi dan reinforcement negatifnya adalah minum obat dan suntikan.

2.      Pengalaman 2
Sewaktu SMA, setiap bulannya akan diadakan ujian bulanan dari semua mata pelajaran. Maka setiap bulannya saya akan melaporkan hasil ujian tersebut kepada orangtua. Orangtua memiliki patokan nilai tersendiri yaitu rata-rata 8, sehingga saya harus mencapainya agar diberikan hadiah. Bulan pertama mendapatkan hasil, orangtua merespon positif hasil ujian saya yaitu dengan memberikan  uang jajan tambahan karena rata-rata nilai ujian saya adalah 8,2. Bulan berikutnya, hasil ujian saya berikan kepada orangtua namun responnya negative karena hasilnya menurun menjadi 7,8. Bulan berikutnya, orangtua merespon positif lagi karena hasilnya cukup memuaskan dari bulan-bulan sebelumnya yaitu 9.


Pembahasan
Berdasarkan teori penjadwalan penguatan Skinner terdapat empat jenis penjadwalan, yaitu: 
  •  Fix ratio     : penguatan yang diberikan berdasarkan target yang sudah ditetapkan.
  •  Fix interval : penguatan yang diberikan berdasarkan waktu yang telah ditentukan
  • Variable ratio : penguatan yang diberikan berdasarkan pencapaian target yang berbeda-beda.
  • Variable interval : penguatan yang diberikan berdasarkan waktu yang berbeda-beda. 
 Dari contoh pengalaman di atas, dapat disimpulkan bahwa hal di atas merupakan penjadwalan fix ratio, dimana penguatan yang diberikan kepada individu tergantung dari pencapaian target yang telah ditentukan terlebih dahulu. Maka yang menjadi target dalam hal di atas adalah nilai rata-rata 8, apabila mencapai nilai tersebut maka akan diberikan hadiah dan apabila target tidak tercapai maka akan menerima konsekuensinya.
 
3.      Pengalaman 3
Orangtua memberikan tugas kepada saya untuk merapikan kamar sendiri. Selain itu, orangtua juga mengatakan bahwa akan ada pemeriksaan kamar secara mendadak untuk memeriksa kebersihan kamar. Apabila setelah diperiksa kamar dalam keadaan bersih maka orangtua akan memberikan tambahan uang jajan, dan apabila kondisi kamar tidak dalam keadaan bersih maka akan diberikan hukuman berupa pengurangan uang jajan. Sehingga saya berusaha untuk menjaga kebersihan kamar karena sewaktu-waktu orangtua akan memeriksa kamar tanpa sepengetahuan kita.

Pembahasan
Berdasarkan teori penjadwalan penguatan Skinner terdapat empat jenis penjadwalan, yaitu: 
  •  Fix ratio           : penguatan yang diberikan berdasarkan target yang sudah ditetapkan.
  • Fix interval      : penguatan yang diberikan berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
  • Variable ratio : penguatan yang diberikan berdasarkan pencapaian target yang berbeda-beda.
  • Variable interval : penguatan yang diberikan berdasarkan waktu yang berbeda-beda 
Penggunaan jadwal variable ratio merupakan jadwal yang efektif karena dapat mencegah hilangnya perilaku ketika penguatan menjadi jarang (Skinner, 1989b, h. 77). 
Berdasarkan pengalaman di atas dapat disimpulkan bahwa hal di atas merupakan penjadwalan variable interval , karena penguatan yang diberikan orangtua tidak memiliki interval waktu yang sama. Sehingga tidak diketahui kapan waktunya orangtua akan memeriksa kamar yang membuat perilaku untuk membersihkan kamar akan terjadi terus.

Analisis film "Kinky Boots" dengan menggunakan Teori Belajar Awal


Ketika Charlie menumpahkan kopi di meja kantor, dia berusaha untuk mengangkat dokumen-dokumen yang berada diatas meja supaya tidak basah karena tumpahan kopi. Pada saat itu dia melihat kopi merembes ke dalam laci meja. Dia berusaha untuk membuka laci, namun laci tersebut tidak bisa dibuka. Akhirnya Charlie mencongkel laci dengan suatu alat sehingga laci bisa terbuka
Pembahasan
Masalah
Konflik yang dipahami
Kesulitan
Solusi dengan nilai fungsional
Kopi tumpah sampai merembes ke dalam laci
Takut dokumen yang ada di dalam laci menjadi rusak
Laci tidak bisa dibuka
Mencongkel laci dengan suatu alat sehingga bisa dibuka

Scene 2
Ketika orangtua Charlie price meninggal, maka perusahaan sepatu yang akan mengalami kebangkrutan itu diberikan kepada Charlie, kemudian ia meminta pendapat kepada karyawan lainnya namun ia tidak menemukan solusi. Pada saat itu ia bertemu dengan seorang wanita yang diganggu oleh beberapa pria. Kemudian ia ingin menolong wanita tersebut, namun ternyata dia yang pingsan terkena tendangan. Tiba-tiba Charlie terbangun diruang yang penuh dengan perlengkapan make up, custom dan asesoris. Di depannya ada seorang “waria” yang sedang kesulitan memakai sepatu. Setelah itu ia memberikan sponge untuk mengganjal kaki waria tersebut. Kemudian ia menemukan ide untuk membuat sepatu untuk waria.

Pembahasan
Berdasarkan teori terdapat 3 langkah umum untuk pemecahan masalah yaitu:
1.      Memahami konflik atau masalah
2.      Mengembangkan identifikasi secara jelas atas kesulitan dasar
3.      Mengembangkan solusi masalah untuk mengatasi kesulitan dasar
Masalah
Konflik yang dipahami
kesulitan
Solusi dengan nilai fungsional
Perusahaan mengalami kebangkrutan
Meminta pendapat dari karyawan lain
Tidak menemukan solusi dari karyawan atas pemecahan masalah
Bertemu dengan waria yang kesulitan dalam memakai sepatu dan ia menemukan ide untuk membuat sepatu bagi waria

Dari tiga langkah diatas masalah yang dialami Charlie adalah kebangkrutan perusahaan sehingga ia mencoba untuk memahami masalahnya tersebut dengan meminta pendapat dari karyawan, kemudian ia mengembangkan identifikasi secara jelas atas kesulitan dasar dengan tidak sengaja bertemu dengan waria, kemudian ia mengembangkan solusi untuk masalahnya dengan membuat atau memproduksi sepatu untuk waria.

Kondisi di kelas
Ketika ingin menonton film yang akan dianalisis terjadi beberapa masalah yang menghambat proses pemutaran film seperti:
-          Tidak tersedianya mic
-          Setelah mic diberikan, suara mic tidak jelas sehingga dibutuhkan pengaturan suara mic yang memakan waktu beberapa saat.
-          Tidak adanya subtitle dari film tersebut, sehingga banyak penonton yang complaint dengan masalah tersebut
-          20 menit film berjalan, tiba-tiba filmnya berhenti, kemudian Bu Dina mencoba untuk menjalankan kembali filmnya, namun tidak berhasil. Kemudian dicoba cara lain yaitu dengan mengganti laptop, tetapi tidak berhasil juga.

Pembahasan menggunakan koneksionisme Thorndike:
Thorndike melakukan experimen dengan menggunakan tikus, dalam prosedur experimentalnya ia membuat hewan harus keluar dari kurungan (membuka kotak tertutup) untuk mendapatkan makanan. Thorndike menggumakan kotak puzzle yang mengharuskan penekanan tuas atau mekanisme lain untuk bisa keluar dari kotak. Pada awalnya tikus melakukan berbagai perilaku seperti: menggigit, menggaruk dan menggesek-gesekan badan ke sisi sangkar. Lama kelamaan tikus akan berusaha menekan tuas supaya bisa keluar.
            Berdasarkan penelitian diatas Thorndike menyimpulkan bahwa respon untuk mencoba meloloskan diri disebut dengan trial and error

Pembahasan kasus:
            Dilihat dari kejadian pada hari rabu, kita dapat menyimpulkan bahwa usaha untuk menayangkan film dengan baik dibutuhkan beberapa cara yang merupakan proses trial and error seperti pada saat suara mic yang tidak jelas, maka disana terdapat usaha untuk mengatur suara supaya terdengar jelas. Selain itu terdapat juga usaha trial and error saat film berhenti dan di usahakan dengan menggelap disc dan mengganti laptop.

Selasa, 02 Oktober 2012

TEORI-TEORI BELAJAR AWAL


PENGKONDISIAN KLASIK DAN KONEKSIONISME
Dua pendekatan awal untuk mempelajari perilaku adalah pengkondisian klasik dan koneksionisme.
Asumsi dasar istilah behaviorisme merujuk pada beberapa teori yang mengandung tiga asumsi dasar tentang belajar yaitu:
1.       Yang menjadi fokus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kejadian mental internal.
2.       Perilaku harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana
3.       Proses belajar adalah perubahan behavioral.

Pavlov dan pengkondisian klasik
Pavlov secara tidak sengaja menemukan cara untuk mengontrol perilaku sederhana saat meneliti refleks keluarnya air liur anjing. Keluarnya air liur dapat dilatih untuk merespon suara yang tidak berhubungan dengan makanan.
Contoh pengkondisian klasik
Relasi pra-eksperimental (“Alamiah”)
Percobaan Eksperimental
Relasi pasca- eksperimental (dikondisikan)
Unconditioned Stimulus (UCS)
Respons Refleks (UCR)
Stimuli yang Dipassangkan
Respons Refleks
Conditioned Stimulus (CS)
Conditioned Reflex (CR)
Makanan
Saliva (keluarnya air liur)
Makanan suara garpu
salivasi
Suara garpu
Salivasi
Tiupan angin
Kedipan mata
Tiupan angin cahaya terang
Kedipan mata
Cahaya terang
Kedipan mata
Setrum listrik
Retraksi jari
Setrum pengaget
Retraksi jari
pengaget
Retraksi jari

Behaviorisme Jhon Watson
        Watson memberi kontribusi pada perkembangan psikologi melalui tiga cara:
1.       Dia mengorganisasikan temuan riset pengkondisian kedalam perspektif baru yaitu, behaviorisme
2.       Memperluas metode pengkondisian klasik ke respon emosional pada manusia
3.       Meningkatkan status belajar sebagai topik dalam psikologi

Koneksionisme Edward Thorndike
 Perbedaan Edward Thorndike dengan pengkondisian klasik terdapat dalam dua hal:
1.       Thorndike tertarik dengan proses mental dan ia yang pertama kali mendesain experimennya untuk meneliti proses pemikiran binatang
2.       Thorndike meneliti perilaku mandiri

PSIKOLOGI GESTALT
    Fokus awal riset Gestalt adalah pengalaman persepsi. Riset yang dilakukan psikologi gestalt terhadap persepsi visual menunjukan bahwa :
a.       Ciri global dideteksi sebagai keseluruhan
b.      Proses ini konstruktif karena individual sering menstransformasikan input visual yang tidak lengkap kedalam citra perseptual yang lebih jelas

Asumsi dasar
Empat asumsi dasar dari perspektif Gestalt yaitu:
1.       Yang mestinya dipelajari adalah perilaku molar bukan perilaku molekular
2.      Organisme merespon keseluruhan sensoris yang tersegregasi ketimbang pada stimuli spesifik atau kejadian-kejadian yang terpisah dan independent
3.      Lingkungan geografis berbeda dengan lingkungan behavioral. Lingkungan behavioral adalah realitas subjektif.
4.  Organisasi lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan- kekuatan didalam struktur yang mempengaruhi persepsi individu

Riset tentang belajar dan pemecahan masalah
Faktor-faktor spesifik dalam pemecahan masalah yaitu:
1.       Latihan mentransfer
Contohnya adalah memindahkan 3 batang korek api untuk menciptakan 5 segiempat. metode ini memberikan petunjuk untuk memecahankan problem lain dengan mengilustrasikan prinsip struktural bahwa 1 batang korek api mungkin berfungsi sebagai satu sisi dalam 2 segiempat secara bersamaan
2.       Pendekatan masalah dan kekakuan fungsional
Langkah-langkahnya adalah
a.       Memahami konflik atau masalah
b.      Mengembangkan identifikasi secara jelas atas kesulitan dasar
c.       Mengembangkan solusi masalah untuk mengatasi kesulitan dasar
3.       Belenggu masalah
Konsep ini diidentifikasi oleh Abraham Luchins (1942) yang diartikan sebagai kekakuan dalam pemecahan masalah karena individu mengganggap serangkaian masalah mesti dipecahkan dengan cara yang sama.

PERBANDINGAN ANTARA BEHAVIORISME DAN TEORI GESTALT
Karakteristik utama
behaviorisme
Teori Gestalt
Asumsi dasar
a.       Perilaku yang dapat diamati harus dipelajari
b.      Belajar adalah perubahan
c.       Hubungan antara stimuli dan respon harus dipelajari
Individu bereaksi kepada sebuah kesatuan oleh karena itu pembelajaran adalah organisasi dan reorganisasi bidang sendoris.
Experimen umum
a.       Trial and error: tikus menyusuri labirin; binatang keluar dari kandang
b.      Respon emosional atau refleks
Subjek ditempatkan dalam situasi yang mensyaratkan restrukturisasi bagi solusi
Formula belajar
a.       Stimulus- respon- imbalan
b.      Respon emosional
Konstelasi stimulasi- organisasi- reaksi