Selasa, 18 Desember 2012

TUGAS UAS PSI BELAJAR


Dinamika Pembelajaran Mata Kuliah Psikologi Belajar

Terdapat banyak proses belajar yang terjadi dalam mata kuliah psikologi belajar. Mulai dari analisa kasus, analisa jurnal, postingan kelompok maupun individu, menceritakan pengalaman pribadi yang kemudian dibahas menggunakan teori yang ada , menampilkan teori untuk diterapkan di kelas, ketidakresponan mahasiswa terhadap stimulus yang diberikan pada saat dikelas sampai pada kunjungan ke SMA Tritech Informatika, dsb.

Dengan menganalisa kasus dan jurnal berarti mahasiswa dapat mengembangkan pola berfikir untuk membahas suatu kasus dengan menggunakan berbagai teori. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Piaget, dimana menurut Piaget usia di atas 14 tahun termasuk ke dalam periode operasional formal. Proses penalaran dalam periode ini adalah subjek memiliki kapabilitas untuk secara logis menangani situasi multifactor yang muncul. Individu dapat mendeduksi berbagai kemungkinan dan secara sistematis mengesampingkannya. Penalaran bergerak dari situasi hipotesis ke konkret. Basis untuk kapabilitas ini adalah bahwa pemikir operasioanl formal mampu mengkonseptualisasikan semua kombinasi factor dalam situasi tertentu. Terdapat tiga karakteristik esensial pemikiran operasional formal. Yang pertama yaitu realitas disubordinasikan ke kemungkinan dimana individu dapat membuat semua kemungkinan yang ada. Dimana dalam tugas analisa kasus yang diberikan, mahasiswa mencari teori mana yang dapat digunakan untuk  menjelaskan kasus yang ada dengan mencoba berbagai teori yang mungkin bisa. Kedua, individu memulai dengan sintesis teoritis yang mengimplikasikan relasi tertentu dan kemudian menguji relasi hipotesis tadi. Dimana setelah individu menemukan teori yang cocok untuk menjelaskan kasus, maka individu mencoba menggunakan teori tersebut untuk digunakan. Ketiga, hipotesis terkait satu sama lain dalam suatu system terkombinasikan. Ketika teori sudah digunakan untuk menjelaskan kasus maka hipotesis yang dibuat di awal tadi, sudah diselesaikan.

Piaget (1972a, h. 10) mencatat bahwa risetnya pada operasional formal menggunakan situasi yang kemungkinan dipahami oleh anak dalam latar belakang akademik. Karena ketidakakraban individu dengan objek sekolah yang terstruktur akan menghambat individu dalam berfikir secara formal dalam situasi eksperimental yang dipakai dalam riset. Oleh karena itu, berkembangnya kemampuan kognitif operasi formal dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang diperoleh individu yang pada saat ini ditempuh melalui universitas yang mengarahkan kita untuk lebih menggunakan proses penalaran operasional formal.

Selain itu, menurut Piaget ada empat factor yang diperlukan untuk transformasi perkembangan dari satu bentuk penalaran ke bentuk penalaran yang lain. Factor itu adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh social, dan proses yang disebut sebagai penyeimbang (equilibration) (Piaget, 1977). Pertama, kontak dengan lingkungan. Kontak dengan lingkungan fisik merupakan hal penting karena interaksi antara individu dan dunia adalah sumber ilmu pengetahuan. Tetapi, kontak itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali individu dapat menggunakan pengalamannya. Kedua , kematangan system saraf menjadi penting karena memungkinkan individu merealisasikan manfaat maksimum dari pengalaman fisik. Dengan kata lain, kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan. Kemunculan koordinasi mata dan tangan, misalnya, merupakan hal penting untuk mengkonstruksi skema individu untuk memegang, menarik, ataupun menjangkau sesuatu. Meskipun kematangan merupakan syarat penting untuk perkembangan kognitif, peristiwa perkembangan khusus tidak ditentukan sebelumnya. Misalnya, perkembangan bergerak dengan kecepatan berbeda-beda tergantung pada sifat kontak individu dengan lingkungan dan pada aktivitasnya. Ketiga, lingkungan social, dimana factor ini mencakup peran bahasa dan pendidikan, dan khususnya kontak dengan orang lain. Jika tidak ada interaksi social, kemungkinan individu tidak akan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengubah ide yang salah. Ketiga factor diatas merupakan pengaruh klasik terhadap perkembangan yang dideskripsikan oleh teoritis lain. Tetapi Piaget berpendapat bahwa ketiga factor itu tidak cukup untuk menjelaskan kemunculan bentuk baru dari pemikiran. Keempat, penyeimbang, yang terdiri dari seperangkat proses yang menjaga keadaan yang tetap di dalam fungsi intelektual di tengah-tengah trasformasi dan perubahan. Penyeimbang berfungsi untuk mengatur interaksi individu dengan lingkungan dan memungkinkan perkembangan kognitif untuk maju secara koheren dan tertata.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa individu yang ditugaskan untuk menganalisis kasus dan jurnal merupakan proses untuk menuju kepada perkembangan kognitif yang lebih maju, yang menurut Piaget hal tersebut dipengaruhi empat factor yang diantaranya, kontak dengan lingkungan fisik, kematangan system saraf, lingkungan social dan penyeimbang yang dijelaskan seperti di atas.

Dengan menggunakan teori Vygotsky, tugas analisa kasus merupakan pengembangan bentuk pemikiran yang lebih tinggi. Proses mental yang lebih tinggi adalah produk dari perkembangan historis dan cultural, yang termasuk di dalamya adalah atensi involuntary (diorganisir sendiri), persepsi kategoris, pemikiran konseptual, dan memori logis. Individu belajar mengontrol perhatian secara internal melalui pemikiran verbal  atau cara-cara lain; persepsi kategoris adalah perpaduan pengalaman visual dengan konsep konkret atau abstark; dan pemikiran konseptual bersandar pada koneksi dan hubungan antarkonsep. Memori logis juga merefleksikan analisis dan organisasi konsep secara sistematis oleh individu (Vygotsky, 1930 – 1931 / 1998b). Dimana, ketika individu mencari teori yang cocok digunakan untuk membahas kasus ataupun jurnal, maka individu menggunakan pemikiran konseptual yang melibatkan pengenalan suatu hal dalam semua koneksi (kasus)  dan kaitannya yang dihubungkan dengan konsep (teori).

Menurut Vygotsky, ketidakresponan beberapa mahasiswa sewaktu dosen memberikan stimulus dikarenakan adanya  perbedaan individual dan kesiapan individual. Cara individu menggunakan kapasitasnya merupakan factor penting  dalam menentukan perbedaan individual. Individu yang merespon stimuli yang diberikan merupakan individu yang menggunakan segala kemampuan yang dimiliknya sedangkan individu yang tidak merespon merupakan individu yang tidak mengeluarkan kemampuan yang dimilikinya dikarenakan takut untuk merespon.

Interaksi antara mahasiswa dan dosen sendiri pun sering dilakukan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami pembelajaran yang telah diberikan. Di kelas dosen juga sering memberikan beberapa stimulus yang tidak hanya dalam bentuk stimulus secara verbal tetapi stimulus motorik pun sering diberikan untuk menambah pemahaman mahasiswa mengenai teori yang dipelajari, misalnya, pada saat mempelajari teori Pemrosesan Informasi, dosen memberikan stimulus berupa games kepada mahasiswa, dsb.

Robert Gagne menyebutkan bahwa ada lima ragam kondisi belajar eksternal yang unik untuk menjelaskan beragam stimulus yang diberikan kepada mahasiswa seperti penjelasan di atas. Kelima ragan tersebut adalah informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Persiapan belajar yang dapat dilakukan ketika diberikan informasi verbal yaitu mengaitkan materi baru dengan kerangka informasi pemelajar dengan memberi petunjuk untuk retrieval dan generalisasi yang efektif. Contohnya, dosen memberikan informasi secara verbal dengan mengaitkan materi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada saat materi Pemrosesan Informasi. Persiapan belajar yang dapat dilakukan ketika diberikan keterampilan intelektual yaitu menstimulasi pengingatan keterampilan prasyarat dengan menggunakan beragam konteks dan situasi baru untuk meningkatkan transfer serta memberikan kesempatan berinteraksi dengan contoh-contoh melalui cara yang berbeda-beda. Contohnya, media pembelajaran yang digunakan lebih kepada teknologi seperti computer dan internet, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan keterampilan intelektual mahasiswa dalam penggunaannya. Persiapan belajar yang dapat dilakukan ketika diberikan strategi kognitif yaitu memunculkan ingatan keterampilan intelektual yang dibutuhkan dengan memberikan masalah yang belum diakrabi untuk pemanfaatan strategi. Contohnya, stimulus yang diberikan berupa kunjungan ke SMA merupakan cara untuk memunculkan strategi kognitif mahasiswa, sehingga ingatan keterampilan intelektual yang sudah dipelajari sebelumnya, seperti teori-teori belajar, muncul. Persiapan belajar yang dapat dilakukan ketika diberikan keterampilan motorik yaitu menunjukkan kinerja keterampilan yang akan dipelajari, menstimulasi ingatan sebagian keterampilan jikan diperlukan dengan menyediakan kesempatan melakukan keterampilan dalam latar fisik yang baru. Contohnya, ketika dosen memberikan stimulus berupa potongan-potongan kertas yang kemudian dibentuk menjadi suatu karya merupakan kegiatan yang dapat melatih keterampilan motorik karena mahasiswa diarahkan untuk langsung membuat karya tersebut di ruang kelas yang membutuhkan keterampilan motorik khusus sekaligus strategi kognitif untuk melakukannya. Lima ragam kondisi belajar eksternal Gagne yang terakhir adalah sikap. Dimana persiapan belajar yang  dapat dilakukan adalah pemelajar tidak secara langsung diberi informasi tentang tujuan, sehingga dapat memastikan bahwa pemelajar menghargai model. Hal tersebut dapat dilakukan pemelajar untuk melanjutkan pelaksana perilaku, dan member penguatan. Contohnya, ketika dosen memberikan stimulus berupa potongan kertas untuk dijadikan suatu karya, mahasiswa tidak mengetahui secara langsung apa sebenarnya tujuan dilaksanakan kegiatan tersebut, sehingga pada akhirnya mahasiswa yang menunjukkan perilaku positif, maka mahasiswa tersebut diberikan penguatan atau penghargaan.

Menurut Piaget,  penggunaan aktifitas atau berbagi stimulus akan mendukung diagnosis peringkat fungsi kognitif anak dan memberi aktivitas tertentu yang cocok untuk peringkat yang berbeda-beda di kelas. Maka hal tersebut akan memberikan peluang untuk memperkaya dan menunjukkan pemahaman anak pada cirri-ciri objek, tindakan, dan reaksi. 

Minggu, 09 Desember 2012

Analisis Hasil Observasi di SMK Tritech Informatika


Laporan data observasi
1.      Nama dan NIM observer        : Lydia Agustina Siregar (101301034)
2.      Kelas yang diobservasi           : 1-10
3.      Mata pelajaran                         : Bahasa Inggris
4.      Nama guru                              : Zumiarni
5.      Waktu dan durasi observasi    : mulai pukul 12.45 dengan durasi selama 30 menit
6.      Jumlah siswa                           : 25
7.      Media pembelajaran (guru)     : White board , board marker, dan buku paket
8.      Media pembelajaran (siswa)    : Buku tulis dan pulpen
9.      Situasi fisik kelas                    : 
·         ruangan kelas yang tidak luas sesuai dengan jumlah siswa,
·         di ruang kelas terdapat kipas angin besar yang membuat siswa tidak merasa kepanasan,
·         kelas kotor karena banyak sampah makanan di lantai,
·         meja dan kursi belajar cukup baik digunakan siswa untuk belajar,
·         pada saat observasi yang dilakukan guru kekurangan board marker sehingga proses belajar menjadi terganggu.
10.  Alat observasi                         : Kertas, pulpen dan handphone.

Analisis hasil observasi
Table 5.3 teori Gagne yang terdapat dalam buku Learning and Instruction bertujuan untuk mempersiapkan diri pemelajar untuk belajar. Termasuk untuk memperhatikan stimuli untuk belajar, membangun harapan ke tujuan belajar, dan mengambil informasi yang relevan untuk dimasukkan ke ingatan kerja.
Pada saat melakukan observasi, para siswa sedang mengulas kembali pelajaran yang sudah dipelajari untuk persiapan ujian semester. Namun, dari sembilan tahapan belajar ini tidak semua siswa berada dalam tahap-tahap yang telah dikemukakan dalam table tersbut. Dimana dalam kegiatan observasi yang dilakukan, ditemukan bahwa ada siswa yang kurang memperhatikan dan ada siswa yang memperhatikan guru. Pada tahapan 3 yaitu pengambilan kembali (inforamasi yang relevan) untuk dibawa ke ingatan kerja, murid berusaha untuk mengambil kembali ingatan mengenai pelajaran yang sudah diajarkan sebelumnya ketika guru meminta siswa untuk menyebutkan salah satu contoh materi yang diminta. Pada tahap ke 7 yaitu penguatan, pada tahap ini guru mengkonfirmasi harapan pemelajar tentang tujuan belajar dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan guna mengetahui apakah tujuan belajar tercapai.

Table 5.5
Asumsi tentang desain pembelajaran
Asumsi
Alasan
1.      Pembelajaran harus dirancang untuk memfasilitasi belajar siswa individual
Meskipun siswa sering dikelompokkan untuk pembelajaran, belajar terjadi di dalam individual
2.      Baik itu tahapan jangka panjang maupun menengah harus dimasukkan dalam desain pembelajaran
Guru atau perancang pembelajaran, merencanakan pelajaran harian, namun pelajaran itu harus berada di dalam segmen unit dan pelajaran yang lebih luas, dan harus serasi
3.      Perencanaan pembelajaran tidak boleh sembarangan atau sekadar memeberikan lingkungan yang mengasuh
Perencanaan yang sembarangan dapat melahirkan orang dewasa yang tidak konpeten. Karen itu, pembelajaran harus dikembangkan sesistematis mungkin
4.      Pembelajaran harus didesain menggunakan pendekatan system
Pendekatan system adalah pemilihan komponen yang terorganisir dan sekuensial yang (a) menggunakan data, informasi, dan prinsip teoritis sebagai masukan untuk setiap tahap perencaaan, (b) tes dan cek silang hasil dari setiap tahap perkembangan, (c) membuat perubahan jika diperlukan.
5.      Desain pembelajaran harus didasarkan pada cara manusia belajar
Data dari temuan riset dan uji coba pembelajaran dapat member informasi tentang hal-hal apa yang berhasil dikerjakan.

Hal di atas dapat dianalis dengan menggunakan table 5.5 mengenai asumsi tentang desain pembelajaran. Berdasarkan asumsi tersebut dapat dijelaskan bahwa belajar itu dapat menjadi baik karena ada ataupun tidak adanya kegiatan pembelajaran (Gagne,1987, h.400). Namun, masing-masing dari tahapan belajar dipengaruhi oleh kejadian di luar diri si pemelajar. Misalnya, siswa yang tidak memperhatikan mungkin saja karena kondisi ataupun situasi yang tidak kondusif di dalam kelas, karena sewaktu dilakukan observasi keadaan kelas memang cukup bising. Selain itu, untuk menangani kejadian pada siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menerangkan, pembelajaran dapat diberikan melalui gambar, televisi, computer, laptop ataupun media lain yang dapat menarik siswa untuk memperhatikan.
Asumsi pertama tentang desain pembelajaran  Gagne yaitu pembelajaran harus didesain untuk siswa perorangan sebab belajar terjadi di dalam diri seseorang, meskipun siswa sering dikelompokkan untuk pembelajaran. Dengan demikian, desain pembelajaran yang dilakukan guru sebagai proses belajar harus memfasilitasi siswa untuk belajar perorangan. Misalnya, sewaktu observasi, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada beberapa murid secara individual, sehingga hal tersebut dapat memfasilitasi siswa untuk belajar perorangan.
Asumsi kedua, baik itu tahapan jangka panjang maupun menengah harus dimasukkan dalam desain pembelajaran dimana guru atau perancang pembelajaran, merencanakan pelajaran harian, namun pelajaran itu harus berada di dalam segmen unit dan pelajaran yang lebih luas, dan harus serasi. Dalam hal ini, berdasarkan observasi yang telah dilakukan guru sebaiknya guru menerapkan pembelajaran jangka panjang dengan mengulang-ulang kembali dan menyebutkan beberapa contoh lain dari materi pembelajaran yang sudah dipelajari guna mengingatkan siswa tentang pelajaran tersebut.
Asumsi ketiga, perencanaan pembelajaran tidak boleh sembarangan atau sekadar memberikan lingkungan yang mengasuh karena perencanaan yang sembarangan dapat melahirkan orang dewasa yang tidak kompeten. Siswa  yang hanya diajarkan tentang pembelajaran yang sekedar hanya memberikan lingkungan yang mengasuh seperti memberikan tugas tanpa menjelaskan apa maksud dari tugas tersebut juga dapat melahirkan  siswa yang tidak kompoten, karena mereka tidak mengetahui apa tujuan dari tugas tersebut.
Asumsi keempat, pembelajaran harus didesain menggunakan pendekatan system. Pendekatan system adalah pemilihan komponen yang terorganisir dan sekuensial yang (a) menggunakan data, informasi, dan prinsip teoritis sebagai masukan untuk setiap tahap perencaaan, (b) tes dan cek silang hasil dari setiap tahap perkembangan, (c) membuat perubahan jika diperlukan. Berdasarkan observasi yang dilakukan, pembelajaran yang diterapkan belum sepenuhnya menggunakan pendekatan system, seperti penggunaan informasi lain untuk menambah pengetahuan, walaupun teknologi canggih sudah tersedia di dalam kelas, seperti LCD.
Asumsi kelima, desain pembelajaran harus didasarkan pada cara manusia belajar. Maksudnya, desain yang diterapkan pada siswa tidak melebihi kapasitas kemampuan yang dimiliki siswa sehingga tujuan belajar berhasil dilakukan. Berdasarkan observasi, pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa didesain berdasarkan cara manusia belajar, dimana tidak diberikan tugas kepada siswa yang tidak dapat dikerjakan siswa.

Testimony
Pada saat akan melakukan observasi di SMK Tritech Informatika, saya merasa gugup sekali. Apalagi ketika dikatakan bahwa hanya ada satu atau dua orang yang berada satu kelas untuk melakukan observasi, saya tambah gugup, karena yang dihadapi adalah anak SMK. Namun ternyata, pihak sekolah dan siswa sangat menerima kami semua untuk melakukan observasi.
Di dalam kelas yang memperhatikan tingkah laku siswa yang beraneka ragam, dari yang memperhatikan sampai ada yang tidur ketika guru menerangkan. Ada yang mengobrol dengan teman lain dan ada juga yang menginterupsi pembicaran guru. Namun, gurunya masih saja sabar menghadapi muridnya. Ada juga murid yang ijin keluar dengan waktu yang lama. Karena hal itu, saya teringat dengan guru SMA dulu yang mungkin merasakan hal yang sama dengan guru yang saya observasi kemarin.
Selain itu, dengan diadakannya observasi ini, saya jadi lebih mengetahui bahwa ada tahapan-tahapan yang harus dipersiapkan untuk belajar dan beberapa hal yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa dan cara-cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal-hal yang dapat mempengaruhi proses belajar individual dalam situasi nyata, sehingga diketahui tahapan mana yang dilakukan dan tidak dilakukan.


Rabu, 14 November 2012

Mengapa sebahagian besar mahasiswa tidak memberikan tanggapan di grup sehubungan dengan rencana melakukan observasi di lapangan?



Menurut teori Gagne, kondisi internal dari belajar terdiri dari prasyarat internal untuk mempelajari kapabilitas tertentu dan seperangkat proses belajar kognitif. Prasyarat pendukung tersebut adalah kemampuan yang memfasilitasi belajar pada kelima ragam belajar. Contoh dari prasyarat pendukung adalah seperangkat ide yang relevan (informasi verbal), penerimaan model perilaku yang tepat (sikap) dan informasi verbal serta keterampilan intelektual yang relevan (strategi kognitif).
Jadi, berdasarkan teori di atas dapat dijelaskan mengapa banyak mahasiswa mata kuliah Psikologi Belajar tidak mengomentari mengenai tugas yang di posting di grup belajar dikarenakan kurangnya informasi mahasiswa mengenai tugas yang diberikan.
Selain itu, permasalah tersebut juga dapat dijelaskan karena adanya perbedaan individual dan motivasi dari pemelajar. Gagne mengatakan bahwa efektifitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa macam perbedaan individual antarsiswa. Termasuk di dalamnya adalah perbedaan strategi kognitif dan tingkat belajar. Dan yang paling penting adalah perbedaan dalam kapabilitas awal siswa. Mendesain pembelajaran yang efektif mencakup identifikasi motif siswa dan penyaluran motif itu ke dalam kegiatan yang produktif. Namun, sepertinya mahasiswa mata kuliah Psikologi Belajar ini tidak memiliki motif yang baik dengan adanya kegiatan yang didesain cukup baik.


Menurut teori Piaget, mahasiswa mata kuliah Psikologi Belajai ini sudah memasuki tahap Operasional Formal. Dimana tahap ini memiliki cirri utama yaitu bahwa seseorang dapat menangani situasi multifactor. Selain itu, tahap operasional formal ini memiliki tiga karakteristik pemikiran yang esensial, seperti :
1.      Realitas disubordinasikan ke kemungkinan dimana individu dapat membuat semua kemungkinan,
2.  Individu memulai dengan sintetis teoritis yang mengimplikasikan relasi tertentu dan kemudian menguji relasi hipotesis tadi.
3.      Hipotesis terkait satu sama lain dalam suatu system terkombinasikan.

Namun demikian, seseorang ketika dihadapkan dengan situasi yang kompleks tidak secara actual mengkontruksi daftar pengkombinasiannya. Berdasarkan teori ini, dapat dijelaskan bahwa walaupun mahasiswa sudah masuk dalam tahap operasional formal, jika dihadapkan pada situasi yang kompleks seperti tugas yang telah diposting di grup, maka mahasiswa juga tidak akan secara langsung mengetahui apa sebenarnya tugas yang diberikan, sehingga respon mahasiswa pun lambat mengenai tugas ini.


Menurut teori Bandura, teori kognitif-sosial mengidentifikasikan tiga jenis konsekuensi yang mempengaruhi perilaku. Pertama, konsekuensi yang mewakili, diasosiasikan dengan perilaku yang diamati. Dimana model menerima penguatan atau hukuman untuk perilaku tertentu, dan konsekuensi untuk model itu menimbulkan reaksi emosional pada diri pengamat. Misalnya, kakak dipuji oleh ibu karena membantu ibu di dapur, sehingga adik yang melihatnya juga ingin dipuji ibu maka dia juga akan membatu ibu. Kedua, konsekuensi langsung. Ketiga, konsekuensi yang diatur sendiri oleh pengamat untuk perilaku imitatifnya.
Berdasarkan teori di atas, kebanyakan mahasiswa mata kuliah Psikologi belajar yang tidak mengomentari mengenai tugas tersebut dikarenakan tidak adanya jenis konsekuensi yang akan diberikan ketika tidak memberikan komentar. Misalnya, ketika ada salah satu teman yang mengomentari tugas dan tidak diberikan reward ataupun penguatan lain, maka orang lain juga tidak mengomentari tugas tersebut. Selain itu, konsekuensi kepada mahasiswa yang memberikan komentar juga tidak diberikan secara langsung. Ketiadaan hukuman bagi mahasiswa yang tidak memberikan komentar juga dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa. Karena antisipasi akan dikenakannya hukuman biasanya membuat orang menahan diri untuk melakukan tindakan yang dilarang. Akan tetapi, ketika seseorang tidak dihukum atas pelanggaran, informasi yang diberikan kepada pengamat adalah sesuatu yang diperbolehkan.

Senin, 22 Oktober 2012

RESUME JURNAL


PENGEMBANGAN MODEL MEMORIZATION LEARNING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA PELAJARAN KIMIA SMA

oleh Marintan Nirmalasari

LATAR BELAKANG

 Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan dalam pembelajaran kimia di SMA yang saat ini masih lebih dominan menggunakan otak kiri dan mengabaikan kinerja otak kanan. Kinerja antara otak kanan dan otak kiri yang tidak seimbang mengakibatkan peserta didik menjadi sulit untuk memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Kekereatifan dan keprofesionalan guru dalam mengajar sangat dibutuhkan terlebih lagi dalam pelajaran sains dan salah satunya kimia, karena pelajaran kimia memiliki karakteristik yang bersifat abstrak dan membuat peserta didik seringkali merasa kesulitan memahami konsep pelajaran kimia. Keabstrakan pelajaran kimia antaralain seperti logam besi adalah konsep konkrit sedangkan Fe+3 merupakan konsep abstrak, gaya-gaya kimia terkait dengan konsep jari-jari atom sedangkan jari-jari atom tidak dapat diukur secara langsung. Konsep jari-jari atom harus diperlakukan secara hati-hati karena atom dapat berbeda dalam situasi yang berbeda, apakah berikatan secara ionik, kovalen atau Van Der Waals. Konsep-konsep ini sering tidak menambah kejelasan pemahaman, tetapi justru seringkali menambah kebingungan peserta didik. Selain itu, konsep ikatan kimia, elektron, energi ikat, oksidasi-reduksi, hidrolisis, hidorkarbon merupakan sebagian dari pelajaran kimia yang bersifat abstrak yang sulit dimengerti dan dipahami oleh peserta didik.
Ada beberapa hal penyebab rendahnya kualitas peserta didik dalam pelajaran kimia yaitu metode mengajar guru yang kurang baik yang mempengaruhi belajar peserta didik yang tidak baik pula dan guru biasanya mengajar dengan metode ceramah saja, sehingga peserta didik menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja (Slameto, 2003:65). Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Gunawan (2003:154) yang mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada pelajaran yang membosankan, yang benar adalah guru yang membosankan karena tidak mengerti cara menyajikan materi dengan benar, baik, menyenangkan, dan menarik minat serta perhatian peserta didik. Pandangan guru yang demikian merupakan pandangan kuno yang beranggapan bahwa tugasnya hanyalah menyampaikan materi dan peserta didik ibarat sebuah wadah kosong yang dapat diisi dengan apa saja yang guru inginkan.
Dengan menggunakan model Memorization Learning dapat meningkatkan penyeimbangan kinerja otak kanan dan otak kiri, sehingga belajar menjadi lebih menyenangkan dan peserta didik menjadi lebih mandiri dalam belajar serta dapat mengembangkan kreatifitasnya pada saat belajar, sehingga peserta didik menjadi lebih mudah memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

LANDASAN TEORI

Model memorization learning merupakan salah satu dari model pemrosesan informasi. Landasan filosofis dalam memorization learning adalah berdasarkan filsafat konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan salah satu dari dua pandangan atau keyakinan yang mengatur sifat bagaimana pengetahuan manusia dikembangkan. Konstruktivisme dalam pendidikan mengartikan bahwa guru merangkul cara berpikir holistik tentang hakikat belajar, sesuatu yang sangat terpisah dari metodologi instruksi langsung. Jadi, konstruktivisme diasumsikan bahwa belajar terjadi di saat pengalaman dan pengalaman merupakan bagian yang harus dipelajari hanya dalam konteks pengalaman keseluruhan.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis memory untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam menyeimbangkan antara otak kiri dan otak kanan. Dalam penelitian ini menggunakan metode “Research and Development”. Pengertian penelitian dan pengembangan menurut Sukmadinata (2009:164), adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan Sugiyono (2009:297), menyatakan bahwa Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas dan uji coba luas yang dilakukan di SMA Negeri Kabuaten Kota Medan dalam upaya mengembangkan model memorization learning untuk meningkatkan pemahaman peserta didik pada pembelajaran kimia kelas XI SMA, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kondisi pembelajaran kimia sebelum pengembangan model
Dari hasil studi pendahuluan diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah lebih berpusat pada guru, sehingga peserta didik lebih cepat bosan pada saat proses pembelajaran terjadi, karena hal tersebut tidak sesuai dengan gaya belajar yang diharapkan oleh peserta didik dan belajar menjadi tidak menyenangkan. Guru juga melakukan pembelajaran lebih dominan memperhatikan kinerja otak kiri peserta didik saja, sehingga kreatifitas peserta didik dalam belajar tidak berkembang.

2. Kondisi pembelajaran setelah pengembangan model
Pemahaman peserta didik dalam menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru meningkat setelah menggunakan model memorization learning, karena peserta didik sudah dapat menyeimbangkan kinerja antara otak kiri dan otak kanan. Dalam pengembangan model memorization learning yang menjadi faktor penghambatnya adalah guru memberikan pembelajaran kepada peserta didik lebih dominan menggunakan otak kiri. Oleh karena itu, pada awalnya guru merasa kesulitan dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk mengikuti langkah-langkah model memorization learning. Peserta didik awalnya juga kesulitan dalam mengikuti langkah-langkah pembelajaran dan merasa kebingungan, karena sebahagian peserta didik merasa aneh dan konyol dengan pembelajaran yang dilaksanakan.

PEMBAHASAN BERDASARKAN TEORI “PERSPEKTIF KOGNITIF:
I. PEMROSESAN INFORMASI”

Menurut teori perspektif kognitif terdapat proses memilih dan mengenali sinyal-sinyal fisik yang dapat merangsang indera yang disebut dengan persepsi. Sistem indera mendeteksi sinyal sebagai energi fisik, yang dikirim ke satu area di dalam thalamus dan kemudian ke area yang tepat di dalam korteks untuk pemrosesan lebih lanjut. Setelah pengenalan awal, informasi akan tersedia selama dua detik. Sinyal yang datang dan tidak diperhatikan pada saat itu akan hilang.
Jadi menurut teori tersebut, kurangnya pemahaman seseorang terhadap sesuatu dapat terjadi karena sistem indera yang mendeteksi datangnya sinyal (berupa gambar, suara, dll) tidak diperhatikan sehingga sinyal tersebut akan hilang.
Peran perhatian juga merupakan hal penting untuk kita memahami sesuatu. Pemrosesan yang datang membutuhkan perhatian selektif terhadap kejadian, objek, symbol, dan stimuli tertentu lainnya agar informasi itu dapat dipelajari. Satu solusi untuk masalah kapasitas perhatian yang terbatas ini adalah melatih tugas penting tertentu sampai menjadi otomatis. Kemudian tugas itu dapat dilakukan dengan sedikit atau tanpa perhatian.
Jadi, selain dengan memberikan model memorization learning kepada siswa untuk memahami pelajaran kimia yaitu dengan memberikan perhatian yang lebih kepada pelajaran kimia tersebut untuk melatih pemahaman sampai menjadi otomatis.

Link jurnal klik di sini

Jumat, 19 Oktober 2012

TUGAS MID SEMESTER


NAMA ANGGOTA
Rencana Simulasi Belajar

Berdasarkan teori Skinner terdapat dua jenis penguatan yang diberikan yaitu reinforcement dan punishment. Reinforcement adalah penguatan yang diberikan untuk mempertahankan perilaku individu, sedangkan punisment adalah hukuman yang diberikan untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Dimana dalam reinforcement terdapat dua jenis yaitu reinforcement positif dan reinforcement negatif.
Berdasarkan teori tersebut, maka kami akan membuat suatu simulasi mengenai reinforcement yang akan diterapkan di kelas Psikologi Belajar.

Alat dan Bahan:
-          Laptop
-          Video lucu
-          Reward
Caranya
Akan diberikan kepada mahasiswa mata kuliah Psikologi Belajar berupa stimulus video selama 5 menit dan diakhir penayangan kami akan memberikan 5 pertanyaan kepada mahasiswa mengenai video tersebut. Kemudian kami akan memberikan hadiah kepada mahasiswa yang mampu menjawab pertanyaan.

Pembahasan
Dari rencana tersebut dapat dijelaskan bahwa reinforcement positif sangat efektif untuk diberikan kepada individu agar memunculkan perilaku yang diinginkan, dari rencana tersebut perilaku yang diinginkan adalah menjawab pertanyaan dan reinforcement positifnya ialah hadiah yang akan diberikan kepada mahasiswa.



Rabu, 10 Oktober 2012

TIGA STIMULUS YANG DIBERIKAN DIBAHAS DENGAN MENGGUNAKAN TEORI SKINNER




Hasil produk dari beberapa stimulus yang diberikan

Pada hari Rabu tanggal 10 Oktober 2012, kami diberikan tugas oleh Bu Dina untuk membuat sesuatu dari tiga stimulus yang duberikan. Stimulus pertama adalah kartu sertifikat, stimulus kedua adalah  kertas kecil panjang dan stimulus ketiga adalah satu lembar kertas HVD. Kemudian BU Dina mengatakan bahwa akan dipilih tiga orang terbaik yang akan diberikan hadiah dalam pembuatan karya tersebut. Dari ketiga stimulus yang diberikan, yang pertama saya lakukan adalah menulis konsep penguatan Skinner pada kertas HVS, kemudian saya membuat pesawat dari kertas sertfikat dengan membuat kertas kecil panjang untuk dijadikan alas pesawat.
Pembahasan berdasarkan teori Skinner.
Ketika kita ingin memperkuat perilaku yang ingin dimunculkan maka akan diberikan Reinforcement. Dimana reinforcement yaitu penguatan yang diberikan kepada individu agar perilaku tersebut tetap muncul, dalam hal ini reinforcement yang diberikan Bu Dina berupa hadiah. Sehingga semua mahasiswa berlomba untuk membuat karya yang terbaik agar mendapatkan hadiah.
Selain itu, dalam teori Skinner untuk membentuk perilaku manusia melibatkan beberapa unsure, diantaranya:
a.       Memicu respon, ketika Bu Dina memberikan beberapa stimulus, maka individu diharapkan untuk memberikan respon yaitu membuat suatu karya yang dapat dinilai.
b.      Menguatkan peningkatan atau perbaikan yang halus dalam perilaku, ketika hasil karya yang dibuat direspon oleh orang lain, maka kita akan menyadari bahwa hasil karya kita tersebut sudah baik atau tidak, sehingga dapat diperbaiki kekurangannya.

Sabtu, 06 Oktober 2012

ANALISIS PENGALAMAN PRIBADI MENGGUNAKAN TEORI PENGKONDISIAN BERPENGUAT SKINNER


ANALISIS PENGALAMAN PRIBADI MENGGUNAKAN TEORI PENGKONDISIAN BERPENGUAT SKINNER
1.      Pengalaman 1
Pada waktu SMA kelas 2, saya pernah sakit demam. Hai tersebut terjadi pada tengah malam sekitar jam 2 malam. Karena orangtua kebingungan dengan keadaan saya, maka hal yang mereka lakukan adalah memanggil bidan yang kebetulan rumahnya berada sekita 5 rumah dari rumah saya. Kemudian bidan itu datang untuk memeriksa saya dan memberikan obat serta suntikan agar sembuh.

Pembahasan
Berdasarkan teori pengkondisian berpenguat Skinner terdapat dua macam pengkondisian, yaitu reinforcement dan punishment. Reinforcement adalah penguatan yang diberikan untuk mempertahan perilaku yang muncul. Punishment adalah hukuman yang diberikan untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Reinforcement dibagi menjadi dua jenis, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative. Contoh reinforcement positif adalah ketika saya mendapatkan juara kelas maka orangtua akan memberikan hadiah. Contoh reinforcement negative adalah agar terhindar dari tilang polisi maka harus menggunakan helm.
Dari contoh pengalaman di atas dapat dikatakan bahwa hal tersebut merupakan reinforcement negative. Dimana ketika saya sakit dan ingin sembuh maka hal yang dilakukan adalam minum obat. Maka sehat itu adalah sesuatu yang ingin tetap terjadi dan reinforcement negatifnya adalah minum obat dan suntikan.

2.      Pengalaman 2
Sewaktu SMA, setiap bulannya akan diadakan ujian bulanan dari semua mata pelajaran. Maka setiap bulannya saya akan melaporkan hasil ujian tersebut kepada orangtua. Orangtua memiliki patokan nilai tersendiri yaitu rata-rata 8, sehingga saya harus mencapainya agar diberikan hadiah. Bulan pertama mendapatkan hasil, orangtua merespon positif hasil ujian saya yaitu dengan memberikan  uang jajan tambahan karena rata-rata nilai ujian saya adalah 8,2. Bulan berikutnya, hasil ujian saya berikan kepada orangtua namun responnya negative karena hasilnya menurun menjadi 7,8. Bulan berikutnya, orangtua merespon positif lagi karena hasilnya cukup memuaskan dari bulan-bulan sebelumnya yaitu 9.


Pembahasan
Berdasarkan teori penjadwalan penguatan Skinner terdapat empat jenis penjadwalan, yaitu: 
  •  Fix ratio     : penguatan yang diberikan berdasarkan target yang sudah ditetapkan.
  •  Fix interval : penguatan yang diberikan berdasarkan waktu yang telah ditentukan
  • Variable ratio : penguatan yang diberikan berdasarkan pencapaian target yang berbeda-beda.
  • Variable interval : penguatan yang diberikan berdasarkan waktu yang berbeda-beda. 
 Dari contoh pengalaman di atas, dapat disimpulkan bahwa hal di atas merupakan penjadwalan fix ratio, dimana penguatan yang diberikan kepada individu tergantung dari pencapaian target yang telah ditentukan terlebih dahulu. Maka yang menjadi target dalam hal di atas adalah nilai rata-rata 8, apabila mencapai nilai tersebut maka akan diberikan hadiah dan apabila target tidak tercapai maka akan menerima konsekuensinya.
 
3.      Pengalaman 3
Orangtua memberikan tugas kepada saya untuk merapikan kamar sendiri. Selain itu, orangtua juga mengatakan bahwa akan ada pemeriksaan kamar secara mendadak untuk memeriksa kebersihan kamar. Apabila setelah diperiksa kamar dalam keadaan bersih maka orangtua akan memberikan tambahan uang jajan, dan apabila kondisi kamar tidak dalam keadaan bersih maka akan diberikan hukuman berupa pengurangan uang jajan. Sehingga saya berusaha untuk menjaga kebersihan kamar karena sewaktu-waktu orangtua akan memeriksa kamar tanpa sepengetahuan kita.

Pembahasan
Berdasarkan teori penjadwalan penguatan Skinner terdapat empat jenis penjadwalan, yaitu: 
  •  Fix ratio           : penguatan yang diberikan berdasarkan target yang sudah ditetapkan.
  • Fix interval      : penguatan yang diberikan berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
  • Variable ratio : penguatan yang diberikan berdasarkan pencapaian target yang berbeda-beda.
  • Variable interval : penguatan yang diberikan berdasarkan waktu yang berbeda-beda 
Penggunaan jadwal variable ratio merupakan jadwal yang efektif karena dapat mencegah hilangnya perilaku ketika penguatan menjadi jarang (Skinner, 1989b, h. 77). 
Berdasarkan pengalaman di atas dapat disimpulkan bahwa hal di atas merupakan penjadwalan variable interval , karena penguatan yang diberikan orangtua tidak memiliki interval waktu yang sama. Sehingga tidak diketahui kapan waktunya orangtua akan memeriksa kamar yang membuat perilaku untuk membersihkan kamar akan terjadi terus.