Selasa, 18 Desember 2012

TUGAS UAS PSI BELAJAR


Dinamika Pembelajaran Mata Kuliah Psikologi Belajar

Terdapat banyak proses belajar yang terjadi dalam mata kuliah psikologi belajar. Mulai dari analisa kasus, analisa jurnal, postingan kelompok maupun individu, menceritakan pengalaman pribadi yang kemudian dibahas menggunakan teori yang ada , menampilkan teori untuk diterapkan di kelas, ketidakresponan mahasiswa terhadap stimulus yang diberikan pada saat dikelas sampai pada kunjungan ke SMA Tritech Informatika, dsb.

Dengan menganalisa kasus dan jurnal berarti mahasiswa dapat mengembangkan pola berfikir untuk membahas suatu kasus dengan menggunakan berbagai teori. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Piaget, dimana menurut Piaget usia di atas 14 tahun termasuk ke dalam periode operasional formal. Proses penalaran dalam periode ini adalah subjek memiliki kapabilitas untuk secara logis menangani situasi multifactor yang muncul. Individu dapat mendeduksi berbagai kemungkinan dan secara sistematis mengesampingkannya. Penalaran bergerak dari situasi hipotesis ke konkret. Basis untuk kapabilitas ini adalah bahwa pemikir operasioanl formal mampu mengkonseptualisasikan semua kombinasi factor dalam situasi tertentu. Terdapat tiga karakteristik esensial pemikiran operasional formal. Yang pertama yaitu realitas disubordinasikan ke kemungkinan dimana individu dapat membuat semua kemungkinan yang ada. Dimana dalam tugas analisa kasus yang diberikan, mahasiswa mencari teori mana yang dapat digunakan untuk  menjelaskan kasus yang ada dengan mencoba berbagai teori yang mungkin bisa. Kedua, individu memulai dengan sintesis teoritis yang mengimplikasikan relasi tertentu dan kemudian menguji relasi hipotesis tadi. Dimana setelah individu menemukan teori yang cocok untuk menjelaskan kasus, maka individu mencoba menggunakan teori tersebut untuk digunakan. Ketiga, hipotesis terkait satu sama lain dalam suatu system terkombinasikan. Ketika teori sudah digunakan untuk menjelaskan kasus maka hipotesis yang dibuat di awal tadi, sudah diselesaikan.

Piaget (1972a, h. 10) mencatat bahwa risetnya pada operasional formal menggunakan situasi yang kemungkinan dipahami oleh anak dalam latar belakang akademik. Karena ketidakakraban individu dengan objek sekolah yang terstruktur akan menghambat individu dalam berfikir secara formal dalam situasi eksperimental yang dipakai dalam riset. Oleh karena itu, berkembangnya kemampuan kognitif operasi formal dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang diperoleh individu yang pada saat ini ditempuh melalui universitas yang mengarahkan kita untuk lebih menggunakan proses penalaran operasional formal.

Selain itu, menurut Piaget ada empat factor yang diperlukan untuk transformasi perkembangan dari satu bentuk penalaran ke bentuk penalaran yang lain. Factor itu adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh social, dan proses yang disebut sebagai penyeimbang (equilibration) (Piaget, 1977). Pertama, kontak dengan lingkungan. Kontak dengan lingkungan fisik merupakan hal penting karena interaksi antara individu dan dunia adalah sumber ilmu pengetahuan. Tetapi, kontak itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali individu dapat menggunakan pengalamannya. Kedua , kematangan system saraf menjadi penting karena memungkinkan individu merealisasikan manfaat maksimum dari pengalaman fisik. Dengan kata lain, kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan. Kemunculan koordinasi mata dan tangan, misalnya, merupakan hal penting untuk mengkonstruksi skema individu untuk memegang, menarik, ataupun menjangkau sesuatu. Meskipun kematangan merupakan syarat penting untuk perkembangan kognitif, peristiwa perkembangan khusus tidak ditentukan sebelumnya. Misalnya, perkembangan bergerak dengan kecepatan berbeda-beda tergantung pada sifat kontak individu dengan lingkungan dan pada aktivitasnya. Ketiga, lingkungan social, dimana factor ini mencakup peran bahasa dan pendidikan, dan khususnya kontak dengan orang lain. Jika tidak ada interaksi social, kemungkinan individu tidak akan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengubah ide yang salah. Ketiga factor diatas merupakan pengaruh klasik terhadap perkembangan yang dideskripsikan oleh teoritis lain. Tetapi Piaget berpendapat bahwa ketiga factor itu tidak cukup untuk menjelaskan kemunculan bentuk baru dari pemikiran. Keempat, penyeimbang, yang terdiri dari seperangkat proses yang menjaga keadaan yang tetap di dalam fungsi intelektual di tengah-tengah trasformasi dan perubahan. Penyeimbang berfungsi untuk mengatur interaksi individu dengan lingkungan dan memungkinkan perkembangan kognitif untuk maju secara koheren dan tertata.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa individu yang ditugaskan untuk menganalisis kasus dan jurnal merupakan proses untuk menuju kepada perkembangan kognitif yang lebih maju, yang menurut Piaget hal tersebut dipengaruhi empat factor yang diantaranya, kontak dengan lingkungan fisik, kematangan system saraf, lingkungan social dan penyeimbang yang dijelaskan seperti di atas.

Dengan menggunakan teori Vygotsky, tugas analisa kasus merupakan pengembangan bentuk pemikiran yang lebih tinggi. Proses mental yang lebih tinggi adalah produk dari perkembangan historis dan cultural, yang termasuk di dalamya adalah atensi involuntary (diorganisir sendiri), persepsi kategoris, pemikiran konseptual, dan memori logis. Individu belajar mengontrol perhatian secara internal melalui pemikiran verbal  atau cara-cara lain; persepsi kategoris adalah perpaduan pengalaman visual dengan konsep konkret atau abstark; dan pemikiran konseptual bersandar pada koneksi dan hubungan antarkonsep. Memori logis juga merefleksikan analisis dan organisasi konsep secara sistematis oleh individu (Vygotsky, 1930 – 1931 / 1998b). Dimana, ketika individu mencari teori yang cocok digunakan untuk membahas kasus ataupun jurnal, maka individu menggunakan pemikiran konseptual yang melibatkan pengenalan suatu hal dalam semua koneksi (kasus)  dan kaitannya yang dihubungkan dengan konsep (teori).

Menurut Vygotsky, ketidakresponan beberapa mahasiswa sewaktu dosen memberikan stimulus dikarenakan adanya  perbedaan individual dan kesiapan individual. Cara individu menggunakan kapasitasnya merupakan factor penting  dalam menentukan perbedaan individual. Individu yang merespon stimuli yang diberikan merupakan individu yang menggunakan segala kemampuan yang dimiliknya sedangkan individu yang tidak merespon merupakan individu yang tidak mengeluarkan kemampuan yang dimilikinya dikarenakan takut untuk merespon.

Interaksi antara mahasiswa dan dosen sendiri pun sering dilakukan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami pembelajaran yang telah diberikan. Di kelas dosen juga sering memberikan beberapa stimulus yang tidak hanya dalam bentuk stimulus secara verbal tetapi stimulus motorik pun sering diberikan untuk menambah pemahaman mahasiswa mengenai teori yang dipelajari, misalnya, pada saat mempelajari teori Pemrosesan Informasi, dosen memberikan stimulus berupa games kepada mahasiswa, dsb.

Robert Gagne menyebutkan bahwa ada lima ragam kondisi belajar eksternal yang unik untuk menjelaskan beragam stimulus yang diberikan kepada mahasiswa seperti penjelasan di atas. Kelima ragan tersebut adalah informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Persiapan belajar yang dapat dilakukan ketika diberikan informasi verbal yaitu mengaitkan materi baru dengan kerangka informasi pemelajar dengan memberi petunjuk untuk retrieval dan generalisasi yang efektif. Contohnya, dosen memberikan informasi secara verbal dengan mengaitkan materi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada saat materi Pemrosesan Informasi. Persiapan belajar yang dapat dilakukan ketika diberikan keterampilan intelektual yaitu menstimulasi pengingatan keterampilan prasyarat dengan menggunakan beragam konteks dan situasi baru untuk meningkatkan transfer serta memberikan kesempatan berinteraksi dengan contoh-contoh melalui cara yang berbeda-beda. Contohnya, media pembelajaran yang digunakan lebih kepada teknologi seperti computer dan internet, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan keterampilan intelektual mahasiswa dalam penggunaannya. Persiapan belajar yang dapat dilakukan ketika diberikan strategi kognitif yaitu memunculkan ingatan keterampilan intelektual yang dibutuhkan dengan memberikan masalah yang belum diakrabi untuk pemanfaatan strategi. Contohnya, stimulus yang diberikan berupa kunjungan ke SMA merupakan cara untuk memunculkan strategi kognitif mahasiswa, sehingga ingatan keterampilan intelektual yang sudah dipelajari sebelumnya, seperti teori-teori belajar, muncul. Persiapan belajar yang dapat dilakukan ketika diberikan keterampilan motorik yaitu menunjukkan kinerja keterampilan yang akan dipelajari, menstimulasi ingatan sebagian keterampilan jikan diperlukan dengan menyediakan kesempatan melakukan keterampilan dalam latar fisik yang baru. Contohnya, ketika dosen memberikan stimulus berupa potongan-potongan kertas yang kemudian dibentuk menjadi suatu karya merupakan kegiatan yang dapat melatih keterampilan motorik karena mahasiswa diarahkan untuk langsung membuat karya tersebut di ruang kelas yang membutuhkan keterampilan motorik khusus sekaligus strategi kognitif untuk melakukannya. Lima ragam kondisi belajar eksternal Gagne yang terakhir adalah sikap. Dimana persiapan belajar yang  dapat dilakukan adalah pemelajar tidak secara langsung diberi informasi tentang tujuan, sehingga dapat memastikan bahwa pemelajar menghargai model. Hal tersebut dapat dilakukan pemelajar untuk melanjutkan pelaksana perilaku, dan member penguatan. Contohnya, ketika dosen memberikan stimulus berupa potongan kertas untuk dijadikan suatu karya, mahasiswa tidak mengetahui secara langsung apa sebenarnya tujuan dilaksanakan kegiatan tersebut, sehingga pada akhirnya mahasiswa yang menunjukkan perilaku positif, maka mahasiswa tersebut diberikan penguatan atau penghargaan.

Menurut Piaget,  penggunaan aktifitas atau berbagi stimulus akan mendukung diagnosis peringkat fungsi kognitif anak dan memberi aktivitas tertentu yang cocok untuk peringkat yang berbeda-beda di kelas. Maka hal tersebut akan memberikan peluang untuk memperkaya dan menunjukkan pemahaman anak pada cirri-ciri objek, tindakan, dan reaksi. 

Minggu, 09 Desember 2012

Analisis Hasil Observasi di SMK Tritech Informatika


Laporan data observasi
1.      Nama dan NIM observer        : Lydia Agustina Siregar (101301034)
2.      Kelas yang diobservasi           : 1-10
3.      Mata pelajaran                         : Bahasa Inggris
4.      Nama guru                              : Zumiarni
5.      Waktu dan durasi observasi    : mulai pukul 12.45 dengan durasi selama 30 menit
6.      Jumlah siswa                           : 25
7.      Media pembelajaran (guru)     : White board , board marker, dan buku paket
8.      Media pembelajaran (siswa)    : Buku tulis dan pulpen
9.      Situasi fisik kelas                    : 
·         ruangan kelas yang tidak luas sesuai dengan jumlah siswa,
·         di ruang kelas terdapat kipas angin besar yang membuat siswa tidak merasa kepanasan,
·         kelas kotor karena banyak sampah makanan di lantai,
·         meja dan kursi belajar cukup baik digunakan siswa untuk belajar,
·         pada saat observasi yang dilakukan guru kekurangan board marker sehingga proses belajar menjadi terganggu.
10.  Alat observasi                         : Kertas, pulpen dan handphone.

Analisis hasil observasi
Table 5.3 teori Gagne yang terdapat dalam buku Learning and Instruction bertujuan untuk mempersiapkan diri pemelajar untuk belajar. Termasuk untuk memperhatikan stimuli untuk belajar, membangun harapan ke tujuan belajar, dan mengambil informasi yang relevan untuk dimasukkan ke ingatan kerja.
Pada saat melakukan observasi, para siswa sedang mengulas kembali pelajaran yang sudah dipelajari untuk persiapan ujian semester. Namun, dari sembilan tahapan belajar ini tidak semua siswa berada dalam tahap-tahap yang telah dikemukakan dalam table tersbut. Dimana dalam kegiatan observasi yang dilakukan, ditemukan bahwa ada siswa yang kurang memperhatikan dan ada siswa yang memperhatikan guru. Pada tahapan 3 yaitu pengambilan kembali (inforamasi yang relevan) untuk dibawa ke ingatan kerja, murid berusaha untuk mengambil kembali ingatan mengenai pelajaran yang sudah diajarkan sebelumnya ketika guru meminta siswa untuk menyebutkan salah satu contoh materi yang diminta. Pada tahap ke 7 yaitu penguatan, pada tahap ini guru mengkonfirmasi harapan pemelajar tentang tujuan belajar dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan guna mengetahui apakah tujuan belajar tercapai.

Table 5.5
Asumsi tentang desain pembelajaran
Asumsi
Alasan
1.      Pembelajaran harus dirancang untuk memfasilitasi belajar siswa individual
Meskipun siswa sering dikelompokkan untuk pembelajaran, belajar terjadi di dalam individual
2.      Baik itu tahapan jangka panjang maupun menengah harus dimasukkan dalam desain pembelajaran
Guru atau perancang pembelajaran, merencanakan pelajaran harian, namun pelajaran itu harus berada di dalam segmen unit dan pelajaran yang lebih luas, dan harus serasi
3.      Perencanaan pembelajaran tidak boleh sembarangan atau sekadar memeberikan lingkungan yang mengasuh
Perencanaan yang sembarangan dapat melahirkan orang dewasa yang tidak konpeten. Karen itu, pembelajaran harus dikembangkan sesistematis mungkin
4.      Pembelajaran harus didesain menggunakan pendekatan system
Pendekatan system adalah pemilihan komponen yang terorganisir dan sekuensial yang (a) menggunakan data, informasi, dan prinsip teoritis sebagai masukan untuk setiap tahap perencaaan, (b) tes dan cek silang hasil dari setiap tahap perkembangan, (c) membuat perubahan jika diperlukan.
5.      Desain pembelajaran harus didasarkan pada cara manusia belajar
Data dari temuan riset dan uji coba pembelajaran dapat member informasi tentang hal-hal apa yang berhasil dikerjakan.

Hal di atas dapat dianalis dengan menggunakan table 5.5 mengenai asumsi tentang desain pembelajaran. Berdasarkan asumsi tersebut dapat dijelaskan bahwa belajar itu dapat menjadi baik karena ada ataupun tidak adanya kegiatan pembelajaran (Gagne,1987, h.400). Namun, masing-masing dari tahapan belajar dipengaruhi oleh kejadian di luar diri si pemelajar. Misalnya, siswa yang tidak memperhatikan mungkin saja karena kondisi ataupun situasi yang tidak kondusif di dalam kelas, karena sewaktu dilakukan observasi keadaan kelas memang cukup bising. Selain itu, untuk menangani kejadian pada siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menerangkan, pembelajaran dapat diberikan melalui gambar, televisi, computer, laptop ataupun media lain yang dapat menarik siswa untuk memperhatikan.
Asumsi pertama tentang desain pembelajaran  Gagne yaitu pembelajaran harus didesain untuk siswa perorangan sebab belajar terjadi di dalam diri seseorang, meskipun siswa sering dikelompokkan untuk pembelajaran. Dengan demikian, desain pembelajaran yang dilakukan guru sebagai proses belajar harus memfasilitasi siswa untuk belajar perorangan. Misalnya, sewaktu observasi, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada beberapa murid secara individual, sehingga hal tersebut dapat memfasilitasi siswa untuk belajar perorangan.
Asumsi kedua, baik itu tahapan jangka panjang maupun menengah harus dimasukkan dalam desain pembelajaran dimana guru atau perancang pembelajaran, merencanakan pelajaran harian, namun pelajaran itu harus berada di dalam segmen unit dan pelajaran yang lebih luas, dan harus serasi. Dalam hal ini, berdasarkan observasi yang telah dilakukan guru sebaiknya guru menerapkan pembelajaran jangka panjang dengan mengulang-ulang kembali dan menyebutkan beberapa contoh lain dari materi pembelajaran yang sudah dipelajari guna mengingatkan siswa tentang pelajaran tersebut.
Asumsi ketiga, perencanaan pembelajaran tidak boleh sembarangan atau sekadar memberikan lingkungan yang mengasuh karena perencanaan yang sembarangan dapat melahirkan orang dewasa yang tidak kompeten. Siswa  yang hanya diajarkan tentang pembelajaran yang sekedar hanya memberikan lingkungan yang mengasuh seperti memberikan tugas tanpa menjelaskan apa maksud dari tugas tersebut juga dapat melahirkan  siswa yang tidak kompoten, karena mereka tidak mengetahui apa tujuan dari tugas tersebut.
Asumsi keempat, pembelajaran harus didesain menggunakan pendekatan system. Pendekatan system adalah pemilihan komponen yang terorganisir dan sekuensial yang (a) menggunakan data, informasi, dan prinsip teoritis sebagai masukan untuk setiap tahap perencaaan, (b) tes dan cek silang hasil dari setiap tahap perkembangan, (c) membuat perubahan jika diperlukan. Berdasarkan observasi yang dilakukan, pembelajaran yang diterapkan belum sepenuhnya menggunakan pendekatan system, seperti penggunaan informasi lain untuk menambah pengetahuan, walaupun teknologi canggih sudah tersedia di dalam kelas, seperti LCD.
Asumsi kelima, desain pembelajaran harus didasarkan pada cara manusia belajar. Maksudnya, desain yang diterapkan pada siswa tidak melebihi kapasitas kemampuan yang dimiliki siswa sehingga tujuan belajar berhasil dilakukan. Berdasarkan observasi, pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa didesain berdasarkan cara manusia belajar, dimana tidak diberikan tugas kepada siswa yang tidak dapat dikerjakan siswa.

Testimony
Pada saat akan melakukan observasi di SMK Tritech Informatika, saya merasa gugup sekali. Apalagi ketika dikatakan bahwa hanya ada satu atau dua orang yang berada satu kelas untuk melakukan observasi, saya tambah gugup, karena yang dihadapi adalah anak SMK. Namun ternyata, pihak sekolah dan siswa sangat menerima kami semua untuk melakukan observasi.
Di dalam kelas yang memperhatikan tingkah laku siswa yang beraneka ragam, dari yang memperhatikan sampai ada yang tidur ketika guru menerangkan. Ada yang mengobrol dengan teman lain dan ada juga yang menginterupsi pembicaran guru. Namun, gurunya masih saja sabar menghadapi muridnya. Ada juga murid yang ijin keluar dengan waktu yang lama. Karena hal itu, saya teringat dengan guru SMA dulu yang mungkin merasakan hal yang sama dengan guru yang saya observasi kemarin.
Selain itu, dengan diadakannya observasi ini, saya jadi lebih mengetahui bahwa ada tahapan-tahapan yang harus dipersiapkan untuk belajar dan beberapa hal yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa dan cara-cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal-hal yang dapat mempengaruhi proses belajar individual dalam situasi nyata, sehingga diketahui tahapan mana yang dilakukan dan tidak dilakukan.