Jumat, 22 April 2011

Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah

Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan adalah bidang yang sangat luas sehingga dibutuhkan satu buah buku tersendiri untuk menjelaskannya (J.W. Santrock, 2008).
 Psikologi pendidikan adalah Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.

Perbedaan Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah
Psikologi Pendidikan
Psikologi  Sekolah
-          Cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan daripada cara memahami pengajaran dalam pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.
-          Lebih focus pada proses belajar atau pada pendidik.
-          Mempelajari cara mengajar yang efektif bagi guru.
-          Cabang ilmu psikologi yang menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi
-          Lebih focus pada cara belajar peserta didik

-          Bertujuan untuk membentuk mind set anak/peserta didik.



Peranan Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah
Psikologi Pendidikan
Psikologi Sekolah
  1. Psikologi kognitif yang menekankan peranan proses mental dalam memahami perilaku manusia, termasuk pengkajian mengenai berpikir, belajar, mengingat, dan pemecahan masalah.
  2. Psikologi Perkembangan yang mengkaji pertumbuhan dan perkembangan manusia, khusunya dalam dimensi-dimensi kognitif, emosional, dan fisik
  3. Psikologi sosial yang mengkaji bagaimana interaksi sosial dapat mempengaruhi perilaku manusia
  4. Pengukuran dan Penilaian dalam pendiidkan yang menyangkut penerapan teori-teori pengukuran dalam penelian berbagai variable, seperti prestasi belajar dalam kaitanya dengan pendidikan
  5. Teori-teori kepribadian yang mengiedentifikasi pola-pola dan penyebab dari ciri-ciri khas perilaku,sikap, dan respon-respon emosional,
  6. Pengkajian perbedaan individual yang menjelaskan ciri-ciri khas yang membedakan seorang manusia dari manusia yang lainya.

1.Pelaksanaan tes
2.Melakukan wawancara dengan siswa, guru,orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa
3.Observasi siswa di kelas, tempat bermain,serta dalam kegiatan sekolah lainnya.
4.Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.




                                                                
Santrock,J.W.2008. Psikologi Pendidikan,Edisi Kedua. Jakarta:Prenada Media Group

Perlunya Bimbingan atau Konseling

APAKAH PERLU ADANYA BIMBINGAN ATAU KONSELING UNTUK PENDIDIKAN DI SEKOLAH?
Menurut pendapat Crow dan Crow:
“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki kepribadian yang baik dan pendidikan yang memadai kepada  seseorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri, memikul beban sendiri.”[1]

Ada orang yang membutuhkan bimbingan sepanjang hidupnya, tetapi ada pula yang hanya membutuhkan pada masa remaja atau pada saat menghadapi masa-masa krisis. Kapan bimbingan dibutuhkan? Bimbingan dibutuhkan pada saat kebutuhan untuk menentukan pilihan harus dilaksanakan. Bimbingan juga membantu seseorang agar dapat bekerja sama dengan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Namun demikian,tidak berarti bimbingan hanya diberikan pada masa krisis, tetapi pelayanan desediakan bagi setiap anak normal yang mengalami masalah perkembangan normal.
Beberapa kepala sekolah menganggap tidak perlu ada petugas khusus bagi bimbingan. Sikap demikian, terjadi disebabkan oleh anggapan bahwa adanya biro pelayanan bimbingan siswa menyebabkan guru merasa semua tugas bimbingan akan dan harus dilaksanakan oleh konselor dan guru tidak perlu mendapat tanggungjawab dalam masalah bimbingan. Anggapan ini mungkin timbul sebab kepala sekolah tidak memahami sepenuhnya tugas dari pelayanan bimbingan. Bimbingan adalah tugas seluruh staf, sedangkan konselor lebih diarahkan kepada melakukan koordinasi kegiatan bimbingan di sekolah dan menambah kegiatan ini dengan kegiatan khusus lain.
Adapun kompetensi yang perlu dimiliki oleh konselor menurut Ysseldyke adalah:
1.       Managemen  Kelas
2.       Komunikasi dan Konsultasi Antar Pribadi
3.       Keterampilan Dasar Akademik dan Kehidupan
4.       Keterampilan Afektif/Sosial
5.       Keterlibatan Orangtua
6.       Struktur dan Organisasi Kelas
7.       Pengembangan dan Perencanaan Sistem
8.       Pengembangan Keterampilan Staf
9.       Perbedaan Individual dalam Perkembangan dan Belajar
10.   Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
11.   Pengajaran
12.   Isu Etika dan Hukum
13.   Pengukuran dan Evaluasi
14.   Perhatian Mengenai Budaya yang Berbeda-Beda
15.   Penelitian


Sukadji,Soetarlinah.2000.Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah.Depok:L.P.S.P3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Kamis, 14 April 2011

Pendidikan Inklusi ( Permanen vs Temporer)

Seorang anak yang mempunyai keterbatasan/ketidakmampuan untuk menempuh pendidikan sekarang sudah bisa mengikuti pendidikan dengan adanya pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin mengakomodasi semua anak termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus atau anak luar biasa di sekolah atau lembaga pendidikan (diutamakan yang terdekat dengan tempat tinggal anak) bersama dengan teman-teman sebayanya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak.(Tim Pendidikan Inklusi Jawa Barat, 2003:4). Dengan kata lain pendidikan inklusi adalah:
1)Pendidikan yang mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, emosional, sosial maupun kondisi lainnya.
2)Pendidikan yang memungkinkan semua anak belajar bersama-sama tanpa memandang perbedaan yang ada pada mereka.
3)Pendidikan yang berupaya memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan kemampuannya.
4)Pendidikan yang dilaksanakan tidak hanya di sekolah formal, tetapi juga di lembaga pendidikan dan tempat lainnya.
Model pendidikan inklusi ada dua yaitu, permanen (bagi anak dengan tuna rungu, tuna wicara,dsb) dan temporer (bagi anak dengan etnis tertentu seperti, anak korban bencana, korban pemerkosaan, kemiskinan, dsb). Mana yang lebih bagus menurut Anda, apakah anak yang bersekolah di sekolah inklusi dengan model permanen digabung dengan model temporer dibandingkan dengan tetap memisahkan antara model permanen dan temporer?

Menurut saya ABK dengan mengunakan model permanen sebaiknya digabung dengan ABK yang menggunakan model temporer, karena dengan begitu si anak yang menggunakan model permanen bisa bersosialisasi dengan anak yang menggunakan model temporer yang pada dasarnya anak dengan model ini memiliki fisik yang normal hanya saja mereka kurang beruntung untuk mendapatkan akibat sesuatu hal yang terjadi. Jadi dengan mereka bersosialisasi bisa saling menguntungkan untuk masing-masing anak yang menggunakan kedua model. Keuntungan anak dengan model permanen: memunculkan sifat optmis pada anak agar bisa menjadi lebih baik dari yang dialaminya sekarang. Keuntungan anak dengan model temporer: anak lebih bisa menghargai hidup karena melihat temannya yang memiliki fifik yang tidak normal dan memunculkan sifat yang lebih dewasa serta sabar.
Tetapi sesuai dengan Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya adalah sebagai berikut :

1. Tuna Netra
2. Tuna Rungu
3. Tuna Grahita: (a.l. Down Syndrome)
4. Tuna Grahita Ringan (IQ = 50-70)
5. Tuna Grahita Sedang (IQ = 25-50)
6. Tuna Grahita Berat (IQ < 25)
7. Tuna Daksa
8. Tuna Laras (Dysruptive)
9. Tuna Wicara
10. Tuna Ganda
11. HIV AIDS
12. Gifted : Potensi kecerdasan istimewa (IQ > 125 ) J. Talented : Potensi bakat istimewa (Multiple Intelligences : Language, Logico mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual).
13. Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik)
14. Lambat Belajar ( IQ = 70 –90 )
15. Autis
16. Korban Penyalahgunaan Narkoba
17. Indigo



Pentingnya PAUD


Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Di Indonesia pelaksanaan PAUD masih terkesan ekslusif dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat. Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini usia (0-6 tahun) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama, namun hingga tahun 2000 menunjukkan anak usia 0-6 tahun yang memperoleh layanan perawatan dan pendidikan masih rendah. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa dari sekitar 26,2 juta anak usia 0-6 tahun yang telah memperoleh layanan pendidikan dini melalui berbagai program baru sekitar 4,5 juta anak (17%). Kontribusi tertinggi melalui Bina Keluarga Balita (9,5%), Taman Kanak-kanak (6,1%), Raudhatul Atfal (1,5%). Sedangkan melalui penitipan anak dan kelompok bermain kontribusinya masing-masing sangat kecil yaitu sekitar 1% dan 0,24%.
Ada empat pertimbangan pokok pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu: (1) menyiapkan tenaga manusia yang berkualitas, (2) mendorong percepatan perputaran ekonomi dan rendahnya biaya sosial karena tingginya produktivitas kerja dan daya tahan, (3) meningkatkan pemerataan dalam kehidupan masyarakat, (4) menolong para orang tua dan anak-anak.Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini.
Oleh karena itu, diharapkan orangtua lebih memperhatikan pendidikan anak pada usia dini sehingga  pada akhirnya mau atau tidak orangtua dituntut untuk siap menjadi orang tua yang harus dapat mempersiapkan anak-anak kita agar dapat menjalankan kehidupan masa depan mereka dengan baik


Rabu, 06 April 2011

Fenomena Pendidikan di Indonesia


Munculnya problema sosial, politik, budaya dan ekonomi di bangsa ini, seperti produktifitas penduduk terdidik yang merosot, persentase penduduk miskin yang meninggi, pengangguran yang semakin membesar, situasi negara yang mengalami ketergantungan dengan negara maju serta kultur budaya masyarakat bangsa yang kian tercerabut dari akar budayanya akan selalu dikaitkan dengan bagaimana pendidikan mampu menyelesaikan ini dan selalu akan memvonis dunia pendidikan itu sendiri. Karena cerminan kemajuan dan kebobrokan masyarakat disuatu negara pasti akan dilihat dari kualitas pendidikannya. Melihat dari semakin terdegradasinya moral dan etika serta carut marutnya sistem sosial masyarakat saat ini maka masyarakat pasti akan menghakimi ketidak-berdayaan lembaga pendidikan dalam menghasilkan out put pendidikan yang itu ternyata tidak mampu menyelesaikannya.
Diatas adalah sedikit ulasan dari jurnal yang kami dapat dan kami diskusikan.Jadi, menurut kami bahwa kemerosotan akan moral  dan akhlak merupakan bagian dari problematika pendidikan dalam keluarga,karena tentunya kita tahu bahwa pendidikan yang paling awal didapatkan seorang anak didapat dari keluarga. Jadi keluarga itu sangat berpengaruh pada psikologi dan perkembangan anak. Banyak kasus dimana seorang anak diminta orangtuanya untuk masuk ke sekolah yang diinginkan mereka padahal si anak justru kebalikannya. Dan alhasil si anak akan berprilaku yang tidak sesuai dari yang diharapkan orangtua. Misalnya : bolos sekolah,tidak mengerjakan tugas,melawan guru.Kasus ini tentunya berkaitan dengan Pendidikan Bimbingan Sekolah.Dimana pihak sekolah biasanya tidak dapat merubah perilaku tersebut,dan bahkan ada yang memilih untuk men-DO anak itu.Apakah hal ini sesuatu yang diinginkan dari banyak orang dalam dunia pendidikan? Tentu tidak. Justru hal tersebut sangat tidak diingankan oleh kita.Hal tersebut juga berkaitan dengan Psikologi Pendidikan.Dalam menciptakan dunia pendidikan yang lebih layak di Indonesia,Psikologi Pendidikan berusaha mengulas dan menemukan solusi dari kejadian-kejadian diatas.Dan perlu diingat,dalam menciptakan Dunia Pendidikan yang baik dan sesuai tentu tidak hanya berfokus pada lembaga pendidikan saja.Kita semua juga harus turut serta .


Selasa, 05 April 2011

INTELIGENSI


Inteligensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari.

Multiple Intelligences
Menurut Strenberg (2000;Sternberg, Torff & Grigorenko,1998) mengatakan bahwa murid dengan pola triarkis yang berbeda akan “tampak berbeda” di sekolah. Murid dengan kemampuan analitis yang tinggi cenderung lebih disukai dalam sekolah umum (konvensional). Mereka sering kali mudah menyerap pelajaran dimana guru memberi pelajaran dan murid diberi ujian. Mereka biasanya dianggap murid “pintar” yang mendapat ranking bagus, nilainya selau bagus, nilai baik dalam tes inteligensi dan SAT, dan mudah masuk ke universitas.
Murid yang punya inteligensi kreatif tinggi biasanya bukan ranking atas dalam kelas. Strenberg mengatakan bahwa murid yang kreatif mungkin tidak dapat menyelesaikan tugas pelajaran sesuai dengan harapan guru. Mereka tidak memberi jawaban yang lazim atau tepat, tetapi jawaban yang unik atau aneh, sehingga sering dimarahi atau disalahkan. Guru yang baik tidak akan menghambat kreatifitas murid, tetapi Sternberg percaya bahwa sering kali keinginan guru untuk meningkatkan pengetahuan murid justru menekan pemikiran kreatifitasnya.
Sternberg percaya bahwa hanya sedikit tugas yang murni analitis, kreatif atau praktis. Umumnya tugas membutuhkan kombinasi keahlian-keahlian itu. Misalnya, saat murid menulis ringkasan buku, mungkin seorang murid:
-  Menganalisis tema buku
·         - Menemukan ide baru tentang bagaimana buku itu bisa ditulis dengan lebih baik,
·        -  Memikirkan tentang bagaimana tema buku itu dapat diaplikasikan untuk kehidupan orang.
Delapan Kerangka Pikiran Gardner
Howard Gardner (1983,1993,2002) percaya bahwa ada banyak tipe inteligensi spesifik atau kerangka pikiran.
·         Keahlian verbal
*      Bacakan si anak dan biarkan si anak membaca untuk Anda
*      Mendiskusikan penulis buku dengan anak
*      Suruh anak mencatat jurnal acara penting
*      Suruh anak meringkas dan menceritakan ulang cerita yang mereka baca
·         Keahlian matematika
*      Mainkan permainan logika bersama anak-anak
*      Cipatakan suasana yang dapat member inspirasi anak untuk berfikir tentang dan mengembangkan pemahaman angka
*      Ajak anak-anak melakukan perjalanan ke lab computer, museum iptek, dan pamrean elektronik
*      Lakukan kegiatan matematika bersama anak, seperti menghitung objek dan bereksperimen angka.
·         Keahlian spasial
*      Buatlah berbagai macam materi kreatif untuk dipakai anak-anak
*      Buat teka-teki bentuk sederhana untuk dipecahkan dan suruh anak membuat diagram
*      Ajak anak kke museum seni
·         Keahlian tubuh-kinestetik
*      Beri anak-anak kesempatan untuk beraktifitas fisik dan ajak mereka berpartisipasi
*      Sediakan anak tempat untuk bermain
*      Ajak anak melihat pertandingan olahraga
·         Keahlian  music
*      Beri anak tape recorder
*      Beri kesempatan anak untuk memainkan alat music
*      Ajak anak menonton konse music
·         Keahlian intrapersonal
*      Dorong anak untuk punya hobi dan minat
*      Dengarkan perasaan anak dan beri tanggapan
*      Dorong mereka untuk menggunakan imajinasi mereka
·         Keahlian interpersonal
*      Dorong anak untuk bekerja kelompok
*      Bantu anak untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi
·         Keahlian naturalis
*      Ajak anak ke museum ilmu alam
*      Buat pusat belajar alam di kelas
*      Ajak anak untuk mengumpulkan flora dan fauna serta menggolongkannya